Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Rabu, 18 Oktober 2017

SOLIDARITAS

Solidaritas menurutku adalah nilai yang tertanam dalam hati dan menggerakkan orang untuk peduli pada sesamanya. Dimulai dari rasa empati yaitu keprihatinan akan situasi atau kondisi sesama lalu berbuah pada tindakan. Beberapa kali dalam kisah mujijat dalam Injil dimulai dari rasa belas kasihan Yesus terhadap orang yang dijumpai. Dia lalu berbuat sesuatu untuk membebaskan orang itu dari penderitaannya.


Jadi awal semua tindakan, perkataan dan sikap adalah rasa empati pada sesama. Tindakan belas kasih tidak menunggu moment tertentu. Misalnya ada bencana lalu ramai-ramai memberi sumbangan. Seolah kalau tidak memberi sumbangan merasa tidak mempunyai belas kasih. Jika kita belajar dari Yesus maka perbuatan belas kasih tidak perlu menunggu moment tertentu. Dimana saja dan kapan saja Dia melakukan belas kasih. Saat sedang berjalan melintasi suatu daerah Dia melihat ada orang sakit. Terdorong oleh rasa belas kasih maka Dia menyembuhkan orang itu.

Dalam perjalanan hidup kita sering berjumpa dengan orang-orang yang menderita. Memang paling mudah melihat orang menderita jika melihat orang miskin yang berpakaian compang camping atau orang cacat yang kehilangan anggota tubuhnya atau orang sakit parah dan sebagainya. Tetapi sebetulnya jauh lebih banyak lagi orang yang menanggung beban penderitaan yang tidak dapat dilihat oleh mata kita. Misalnya orang yang kehabisan uang padahal keluarganya sedang sakit. Orang yang tidak mendapatkan kasih sayang. Orang yang sedang mengalami krisis kehidupan. Orang yang sedang diambang perceraian. Orang yang pedih memikirkan anaknya. Masih banyak lagi contoh penderitaan yang ditanggung orang yang tidak dapat dilihat oleh mata kita, sebab mereka semua tidak tampak cacat. Pakaian tidak compang camping. Tidak tergeletak di ranjang. Mereka semua ada di sekitar kita. Bahkan mungkin duduk atau berdiri beberapa centimeter di hadapan atau disisi kita.

Oleh karena kita tidak peduli maka kita tidak pernah memahaminya. Bahkan mungkin kita menambah beban hidupnya melalui perkataan dan teori-teori kita. Dengan cerita tentang kehebatan-kehebatan kita. Kesuksesan dan kebahagiaan kita. Memang tidak salah kita berbicara semua itu, sebab itu memang pengalaman diri kita sendiri. Tetapi jika kita memiliki rasa solidaritas, maka apakah kita tega mengatakan semua itu?

Dalam hal ini hanya satu yang perlu kita renungkan. Apakah kita masih mempunyai empati pada sesama sehingga mampu bersolidaritas pada mereka? Apakah perkataan kita tidak menjadi sebuah hinaan dan perendahan martabat sesama kita? Tidak semua hinaan terwujud dalam perkataan kasar. Dapat juga terwujud dalam perkataan halus dan wajar. Penulis surat Yakobus memberi contoh orang yang tidak mempunyai belas kasih. “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!," tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (Yak 2:15-16) inilah contoh orang yang tidak mampu bersolidaritas dan dianggap oleh penulis Yakobus sebagai orang yang tidak mempunyai iman.

Yesus mengajarkan solidaritas, sehingga Dia yang adalah Allah rela berinkarnasi menjadi manusia yang setara dengan kita. Ini contoh apa yang seharusnya kita lakukan jika kita mengaku beriman padaNya. Iman bukan sekedar aku percaya pada Tuhan, sebab setan pun percaya pada Tuhan. Iman adalah melaksanakan apa yang diajarkan Tuhan. Bukan sekedar misa atau mengucapkan doa yang panjang dengan bahasa yang indah-indah atau merayakan liturgi yang lain dengan aneka kemegahannya. Iman adalah kepedulian pada sesama yang miskin dan menderita karena terdorong oleh belas kasih. Seperti yang diajarkan oleh Yesus bahwa orang yang masuk surga itu yang memberi makan, pakaian, minum, mengunjungi orang menderita. Untuk itulah Yesus datang ke dunia. Untuk itulah kita diutus.

Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi no.87, September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar