Waktu kecil, ibu sering mendongeng untuk menghantar anak-anaknya tidur. Namanya dongeng ya pasti tidak masuk akal. Misalnya kancil yang selalu menang melawan harimau tapi kalah lawan bekicot saat adu lari. Atau ada babi di hutan yang tidak sengaja minum air kencing seorang raja lalu hamil dan melahirkan seorang anak. Masih banyak lagi dongeng yang tidak masuk akal.
Dongeng itu hanya untuk menghibur dan tidak boleh dipertanyakan. Bila kami mempertanyakan keanehan dan ketidakmasukakalan dongengnya, maka Ibu akan mengatakan pokoknya kamu dengarkan saja. Setelah besar kami melihat dongeng itu dari perspektif yang lain. Bukan hanya percaya dengan apa yang kami dengarkan tetapi mencari apa yang ada dibalik dongeng itu.
Saat ini dongeng yang tidak masuk akal masih banyak. Pendongeng bukan lagi ibu melainkan media sosial. Masalahnya ada banyak orang tua tapi pola pikirnya masih seperti anak kecil. Dia percaya saja pada dongeng yang diberikan media sosial tanpa mau berpikir kritis, tanpa mau belajar, tanpa mau melihat sejarah dan sebagainya melainkan menelan begitu saja dongeng itu atau mempercayai lalu mendongengkan pada orang lain seolah kebenaran. Aku yakin orang macam begini ini pasti masih percaya bahwa dayang Sumbi menikah sama anjingnya yang bernama Tumang lalu hamil dan melahirkan anak yang diberi nama Sangkuriang. Aku harap lepaskanlah kebodohanmu dan mulailah belajar.
Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No.117, Maret tahun 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar