Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Juni 2023

Sekolah Anak-Anak Kampung

Kamis, 14 Mei 2020, gerimis menyambut saat pagi hari. Setelah kami selesai sarapan gerimis pun berhenti. Matahari pun mulai muncul menyingkap mendung di langit. Setelah agak lama panas menyentuh tanah, Rm. Adi memanggilku dari pintu dapur, saat itu aku sedang di Asrama. Beliau mengajakku ke Stasi Sungai II untuk bertemu guru-guru SD Filial di kampung itu. Sebenarnya kami merencanakan kunjungan ke sana pada hari sebelumnya, namun karena hujan maka tidak jadi berangkat. Rm. Adi memintaku untuk membuat artikel tentang guru-guru di SD Filial Sungai Dungan II.

 

Aku sudah kali ketiga ini mengunjungi stasi itu. Jaraknya tidak begitu jauh, hanya 30 menit perjalanan dengan Sepeda Motor, asal cuaca sedang baik. Jalur tanah kuning yang seukuran satu mobil lebarnya dan hamparan pohon sawit menjadi pemandangan yang tersaji sepanjang perjalanan. Jalan penuh liku dan naik turun dan di beberapa titik antara jalur turunan dan tanjakan ada genangan air jika hujan usai.

Sabtu, 15 April 2023

Kerasulan Di Tengah Pandemi

“Kapan wabah ini akan berakhir?” dan “Apa yang akan terjadi setelah semua ini berlalu?” Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dalam benak kita pada masa pandemi Covid-19 ini, ketika  begitu banyak kebiasaan yang berubah; perjumpaan riil berganti perjumpaan virtual, kebiasaan berkerja ‘pergi pagi pulang petang’ berganti ‘kerja dari rumah’, sekolah dari rumah, dan lain-lain.

 

Mungkin bagi segelintir orang, ini bukan hal yang sama sekali baru karena sudah terbiasa melakukannya. Namun, bagi kebanyakan orang, pandemi ini memberikan efek kejut yang luar biasa, mencemaskan, dan membingungkan.

Rabu, 01 April 2015

Permenungan Pendidikan Sekolah



Tulisan di bawah ini diperoleh dari teman di HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia). Mungkin baik menjadi bahan permenungan para pendidik di sekolah-sekolah kita.

-------------

Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.

Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi  lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.

Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.

Sabtu, 28 Februari 2015

Semangat Belajar, pilihan untuk masa depan…



Kala kami sedang asyik berlatih menyanyi bersama anak-anak di basis Bendul, datang ibunya Rahmat. Ibunya Rahmat meminta waktu untuk mengobrol sebentar.

“Mas Heru, di Sanggar masih ada belajar pagi hari?”, tanya ibunya Rahmat.

“Kenapa, Bu? Rencananya kami mau aktifkan kembali”, jawabku.

“Ini, Mas, Rahmat dan Rini pengin belajar di Sanggar saja. Kalau Ardi masih belum tahu mau ikut belajar di mana”, jawab ibunya Rahmat.

“Loh, apa Rahmat dan Rini sudah tidak sekolah lagi?”, tanyaku dengan wajah kaget.

“Mereka sudah keluar, Mas. Sekarang yang kelas enam sudah tidak ada muridnya di sekolah”, terang ibunya Rahmat.

“Wah, kok kelas enam malah berhenti sekolah. Ada apa sebenarnya?”, cecarku.

Dhowo ceritane, Mas. Piye nek kene nang omahku sak iki, Mas?. Ngko ta ceritani kabeh kejadiane”, ajak ibunya Rahmat.

Sabtu, 28 Juni 2014

Sanggar Pendidikan Buruh Perkebunan



Upaya Perbaikan Pendidikan Buruh Perkebunan




Sanggar pendidikan keluarga buruh perkebunan di Banyuwangi
Masa kanak-kanak adalah masa yang indah karena dipenuhi dengan canda tawa, bermain, mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, dan tentunya belajar demi mencapai masa depan yang penuh harapan. Namun, kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi anak-anak buruh perkebunan di Banyuwangi. Fenomena anak putus sekolah dan bekerja di kebun telah merampas hak ceria mereka karena terpaksa menjadi buruh sebelum usia dewasa. Seharusnya mereka lebih memilih bersekolah dari pada kerja di kebun. Tapi kondisi berbicara lain, penghasilan orang tua yang sedikit dari bekerja di kebun dan pengetahuan orang tua yang minim soal pendidikan membuat anak-anak mereka harus mengubur dalam-dalam untuk bisa sekolah pada tingkatan SMA apalagi sampai sekolah pada tingkat universitas. Untuk membantu pengetahuan dan keterampilan anak-anak buruh kebun, Wadas membangun sanggar belajar bagi keluarga buruh kebun,yang menyediakan pendidikan membaca, menulis, bahasa inggris, bahasa Indonesia dan keterampilan. Wadas juga mendirikan taman baca yang menunjang penambahan pengetahuan bagi keluarga buruh perkebunan. Sanggar belajar tersebut tidak diperuntukkan bagi anak-anak semata, para ibu dan bapak yang ingin belajar pun juga ditampung dalam sanggar demi terwujudnya perbaikan pendidikan bagi keluarga buruh perkebunan. 

Anak-anak buruh perkebunan tengah mengikuti pendidikan di Sanggar


(Mahrawi, Divisi Pendidikan Wadas, tinggal di Banyuwangi).
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No.44, Pebruari 2014

Kamis, 13 Februari 2014

Belajar Hidup dari Keterbatasan



Live in adalah salah satu kegiatan dimana setiap relawan harus hidup bersama salah satu keluarga yang hidup di kalangan menengah ke bawah. Relawan sanggar mendapat kesempatan untuk belajar dari sebuah kehidupan yang dijalani oleh para orang tua anak-anak sanggar. Tujuan program live in ini adalah mengajak setiap relawan untuk melihat dan merasakan sebuah kehidupan secara langsung yang mungkin tak pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian diharapkan para relawan menjadi lebih peka, bukan hanya untuk sekedar melihat dan mendengar tapi lebih diajak untuk bisa lebih peduli dengan keadaan yang dihadapi anak-anak terutama dengan permasalahan pendidikan yang selama ini masih kurang menjadi perhatian.