Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...
Tampilkan postingan dengan label sanggar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sanggar. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 April 2022

Membantu Sesama Disisa Hidupnya

Merlyn, perempuan (40) asal Jakarta ingin melakukan kegiatan kemanusian di sela-sela padatnya bekerja dan menjadi single parent. "Baginya hidup jika hanya dihabiskan untuk bekerja dan bersenang-senang, ia merasa hidupnya masih merasa hampa," ujarnya.

 

Perempuan dengan 2 anak ini tiga bulan yang lalu dipindah pekerjaannya dari Jakarta ke Surabaya, ia akhirnya mencari lembaga kemanusian di IG maupun FB untuk mengisi kegiatan di saat tidak bekerja. Ketemulah yayasan sosial yang bergerak di pendampingan anak-anak miskin di Surabaya. Saat di kantor yayasan, ia berbincang-bincang dengan salah satu pengurus di lembaga itu.

Senin, 08 Maret 2021

Pelajaran Hidup Yang Penuh Makna

 

Pertama kali datang di Sanggar Merah Merdeka, saya merasa project ini akan sangat membebani kami karena sistem yang dianut oleh Sanggar yang berbeda. Kami semua tahu bahwa kelompok yang lain mendapat bagian untuk mengajar di sekolah dimana mereka telah memiliki 1 orang anak terpilih yang nantinya akan menjadi calon presenter di IBM festival pada tanggal April lalu, namun ternyata Sanggar tidak setuju terhadap sistem tersebut.

Rabu, 23 September 2020

Setitik kemanusiaan di sudut Kota Pahlawan


Surabaya, sebuah kota metropolitan yang di dalamnya berdiri kokoh gedung-gedung pencakar langit, kota yang juga menyimpan kenangan tentang perjuangan para pahlawan. Kunjungan kami ke kota ini bukan untuk menikmati kemegahan dan kenyamanan yang ada, bukan pula untuk mengenang kembali cerita dan kisah heroik para pahlawan. Kami, para postulan Kongregasi Misi pergi untuk melihat dan mengenal lebih dalam kisah dan perjuangan pahlawan masa kini. Pahlawan yang sungguh-sungguh ada walau tak dianggap keberadaannya. Bagi kami, merekalah sosok pahlawan milenial, pahlawan kemanusiaan.

Senin, 24 Juni 2019

Mengijinkan Anak Bertanya “Mengapa”


Ada cukup banyak keluarga Indonesia di Amerika yang memulangkan anaknya ke Indonesia untuk sekolah di tanah air. Ketika ditanya alasannya, beberapa menjawab: “Pendidikan di sini mengerikan. Anak-anak menjadi nakal, tidak sopan terhadap orang tua, dikit-dikit bertanya ‘kenapa’”. Terkadang mereka menegaskan “Lebih baik dididik sopan santun di Indonesia”

Pernyataan tersebut meyiratkan apa yang sudah ditradisikan di Indonesia bahwa anak sopan itu mestinya tidak bertanya-tanya “mengapa”. Banyak orang tua, bahkan guru, yang berkesimpulan bahwa anak tak perlu menanyakan alasan melakukan sesuatu, cukuplah melakukan, melakukan, dan melakukan. Anak yang dianggap saleh dan pintar adalah yang cepat mengatakan “ya” tanpa mempertanyakan apapun. 

Kamis, 16 Mei 2019

Roch, a social volunteer visiting Wonokromo

Roch is a coordinator of social worker in Life Project For Youth in Indonesia. Now he is teaching the youth from neighboorhood where the education level is poor. The youth from the family that do not have house and the youth who has not skill to work.

He and his friend and Atmabrata Foundation open training center for the youth. They teach english, computer and public speaking. The youth study about nine months.

Selasa, 31 Oktober 2017

Siapa Kita? Anak Sanggar Merah Merdeka

Siapa kita? Anak sanggar merah merdeka. Siapa kita? Anak luar biasa. Bagaimana kita? Peduli, mendengarkan, bersahabat. Kata-kata itulah yang seringkali diucapkan kepada anak-anak agar anak-anak mampu menginternalisasi dan menjadikannya sebagai sebuah motivasi.

Gang langgar merupakan salah satu gang yang berada di kawasan tales, bendul merisi. Setiap hari terutama sore hari, kita akan menemukan anak-anak bermain dan belajar di sebuah pos di depan gang. Kita bisa melihat tawa, keceriaan dan antusiame anak-anak dalam belajar. Menyenangkan melihatnya, membuat hati merasa teduh melihatnya.

Rabu, 11 Oktober 2017

Pekerja Anak dan Kemiskinan Kota.



Sore, pulang dari sekretariat, aku mampir membeli bensin di pom bensin Jalan Bromo. Seperti biasanya aku melihat beberapa anak menawarkan buku mewarnai kepada yang membeli bensin. Pemandangan yang pasti terlihat tiap sore hari di pom tersebut.

Aku bertanya dalam hati setiap kali melihat mereka, koq anak-anak ini setiap sore selalu ada disini ya? Suatu ketika aku sempat bertanya kepada petugas pom di mana orang tua mereka.  Ada di warung seberang pom, sahutnya.

Sabtu, 30 September 2017

Di Balik Mall dan Flyover



Inilah ceritaku, cerita tentang pengalaman pertama bertemu dengan adik-adik dampingan Sanggar Merah Merdeka di dekat stasiun Wonokromo. Aku datang dengan harapan bisa turut mendampingi anak-anak di daerah itu dalam belajar. Karena pengalaman pertama, aku ingin tampil sedikit rapi dari biasanya, baju kumasukkan sisiran serapi mungkin, jenggot dikerok habis. Jreng..jreng… mulus dan rapi. Sayang tidak ada minyak wangi untuk melengkapi penampilan pertamaku hehe…. Sesampai di tempat pendampingan, ooww…bagaimana ngomongnya ya, emm.. bisa dibilang ini adalah awal yang sulit untuk memulai kegiatan. Aku datang dalam bayanganku sendiri yang khas tentang kegiatan pendampingan belajar. Aku tidak membayangkan bahwa anak-anak itu belajar diantara tumpukan barang bekas yang menggunung. Aku tidak membayangkan bahwa di daerah ini sulit sekali mencari tempat yang “layak” untuk mendampingi anak-anak bermain dan mengerjakan pekerjaan rumah. Aku hanya diam dan mengamati sekeliling saja. Di ujung sana ada dua bak truk sampah yang belum diangkut ke pembuangan akhir. Anak-anak yang datang menyalamiku tak kuingat wajahnya karena pikiranku sedang melayang karena tidak habis pikir.

Jumat, 02 Juni 2017

Impian hidup Iyan...

Muhammad Mujianto, lahir di Surabaya 4 Maret 2004.  Anak bungsu dari dua bersaudara ini sudah tidak lagi memiliki orang tua. Ibunya sudah meninggal semenjak Ia berumur 11 tahun, sedangkan ayahnya sampai saat ini tidak tahu entah dimana keberadaanya.

Iyan pernah bersekolah di salah satu SD di Surabaya, tetapi hanya sampai kelas 4 SD saja. Hal ini disebabkan lantaran anak ini merasa tidak diperhatikan oleh wali kelasnya dan merasa tak nyaman sekolah di tempat tersebut. Iyan mencontohkan saat bel pulang sekolah berbunyi, tiap – tiap anak baris di kelas untuk berpamitan dengan wali kelas. Ketika tiba giliran Iyan, sang guru tak menggubris sama sekali dan membiarkannya melintas begitu saja. Ada hal lain juga yang menyebabkan Iyan enggan untuk kembali lagi bersekolah. Ternyata menurut pengakuan Iyan, jika di sekolah tidak ada yang mau berteman dengannya. Kebanyakan dari teman – teman cowoknya yang tidak mau berteman dengannya malah mengajak ia bertengkar dengan teman cowok yang lainnya.

Jumat, 06 Januari 2017

Guru-guru kecilku



Hampir dua minggu lamanya aku tidak datang ke sanggar. Aku memilih untuk menarik diri sejenak dari keramaian dan menyepi di kamar kos. Dalam kesendirianku aku berharap dapat menenangkan diri dan berpikir lebih jernih dalam menghadapi keruwetan yang kurasakan akhir-akhir ini. Tapi tetap saja belum kutemukan jalan keluar untuk masalah-masalahku yang menumpuk jadi satu, seperti gulungan benang kusut dan ruwet. Ditambah lagi kegagalan demi kegagalan yang kurasakan, yang membuatku semakin terpuruk di lubang gelap paling dalam. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba bangkit dari keterpurukanku. Sebagai langkah awal, kuputuskan untuk aktif lagi di sanggar.

Senin, 22 Agustus 2016

Mengelabui lapar dan haus...



Di setiap tahun dalam bulan Ramadhan, Sanggar Merah Merdeka secara rutin mengadakan buka bersama dengan anak-anak dampingan dan para relawan. Acara bukber di tahun ini, seperti biasa, diadakan di Pos RT 4 kampung Tales pada hari Minggu sore, 19 Juni 2016, hingga selesai sholat tarawih. Banyak orang terlibat. Di samping anak-anak dan para relawan, Romo Wawan juga mengundang kawan-kawan dari Kampoeng Sinaoe Sidoarjo untuk membantu. Anehnya, sebelum acara dimulai, sebelum jam 4 sore sudah terlihat sebagian anak-anak ngguya-ngguyu kegirangan datang lebih awal. Senang, ini membuktikan antusiasme anak-anak pada setiap acara bukber.

Kamis, 19 Mei 2016

Saat aku kurang bersyukur



Tit tit tit tit tit.......... bunyi alarm dari HP mengusik telingaku. Aaahhh....sudah pagi, pikirku sambil bersungut-sungut dalam hati. Kuraih HP yang tergeletak diatas meja kecil disamping tempat tidurku sambil kepalaku tetap menempel diatas bantal.  Kutekan salah satu tombol di HP untuk menghentikan keributan tersebut. Dan aku pun kembali memejamkan mata.

Tit tit tit tit tit.......... suara ribut kembali mengusik tidurku. Kumatikan alarm dari HP ku yang satunya lagi sambil badanku tetap menempel pada tempat tidur. Aku lanjutkan tidurku. Beberapa belas menit berlalu dan dalam keadaan setengah sadar pikiranku bergumul, “Ahh....hari ini aku bolos kerja saja ah....males banget rasanya.”

Jumat, 12 Februari 2016

Menyibak Kehidupan Malam



Teeetttt….Jujes…Jujes…

Cahaya kereta api menyibak keremangan malam itu. Mereka yang semula duduk-duduk di pinggiran rel mengambil beberapa langkah menjauhi rel tersebut ketika kereta api melintas. Berbeda dengan yang sedang berdua-dua’an, ada yang tetap asik dengan kegiatannya ada pula yang berhenti sejenak melongok kereta yang sedang lewat.

Malam itu saya, beberapa teman sanggar dan guru-guru sekolah ternama di Jawa Tengah cangkruk’an di pinggiran rel kereta Stasiun Wonokromo. Tujuan kami datang kesitu hanya sekedar cangkruk melihat anak didik mereka yang sedang live in di warung kopi pinggiran rel tersebut.

Kamis, 17 Desember 2015

Mengenal Anak-anak Lewat Sanggar Merah Merdeka



Bukan kebetulan tetapi ini sudah diatur oleh Tuhan, kalau saya harus bermisi di YKBS (Yayasan Kasih Bangsa Surabaya) dan ditempatkan di SMM (Sanggar Merah Merdeka). Selama kurang lebih 6 bulan saya berada di daerah Bendul Merisi. Awalnya semua terasa berat karena setiap hari harus menempuh jarak yang tidak dekat untuk ke sanggar, apalagi dalam kondisi hamil. Semua itu terbayar setelah melihat anak-anak yang ada di sanggar. Anak-anak yang terlihat nakal dengan penampilan urakan ternyata jauh dari dugaan, mereka sangat baik dan penuh talenta.

Senin, 19 Oktober 2015

Bocah sederhana dan sekeping uang logam lima ratusan



Suasana hiruk pikuk oleh suara alat musik yang sedang ditabuh. Orang banyak tumpah ruah disekitar enam bocah laki-laki yang sedang menabuh dengan semangat 45. Ada yang sekedar lewat sambil menoleh, ada yang berhenti tertegun menyaksikan permainan tabuhan anak-anak, ada yang sibuk memotret dan merekam aksi mereka menggunakan telepon genggam, ada yang menonton lalu tak lama kemudian memasukkan lembaran uang berbagai warna kedalam kotak yang disediakan didekat anak-anak itu ‘mengamen’. Beberapa bocah yang lain nampak berjajar membentuk formasi garis lengkung mengitari kumpulan anak-anak yang sibuk menabuh alat musik jimbe. Ada yang duduk dan ada yang berdiri karena tak kebagian kursi plastik lagi.

Kamis, 10 September 2015

MENGHARGAI PERBEDAAN



Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL), kelompok kami memilih untuk melakukan PKL di Sanggar Merah Merdeka (SMM). Kegiatan yang kami jalani selama PKL di SMM banyak memberikan kami pelajaran hidup yang baru mengenai pandangan terhadap perbedaan dan tindakan-tindakan dalam melihat perbedaan yang belum kami dapatkan sebelumnya. Pada awal dalam memulai PKL ini, kami banyak menghadapi tantangan seperti rasa malas dan bosan dari masing-masing anggota kelompok karena tempat yang jauh dari rumah serta kampus dan jadwal kegiatan yang menuntut kami untuk melakukan PKL pada malam hari tepatnya pukul tujuh sampai sembilan karena anak-anak yang dibina oleh sanggar hanya bisa melakukan kegiatan pada malam hari. Tetapi seiring dengan waktu tantangan-tantangan itu terasa semakin hilang, justru kami semakin menikmati kegiatan PKL ini.

Jumat, 24 Juli 2015

Pengalaman kunjungan ke Basis Anak



Kehidupan manusia memang tidak ada yang sama dalam hidup ini. Kendati pun demikian bukan berarti mereka tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup ini. Kebahagiaan bukan diukur hanya melalui materi saja akan tetapi bagaimana seseorang memaknai kehidupan itu dalam dirinya sendiri.

Sore ketika senja beranjak malam, kami bersama teman-teman pendamping Sanggar Merah Merdeka berkumpul untuk melakukan kunjungan ke rumah anak-anak dampingan sanggar yang berada di gang Bendul Merisi Jaya. Kunjungan yang memang sudah kami rencanakan bertujuan untuk mengenal lebih dekat kehidupan anak-anak Sanggar. Selain itu untuk mendekatkan para relawan pendamping dengan orang tua anak-anak tersebut.