Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...
Tampilkan postingan dengan label bocah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bocah. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Oktober 2015

Bocah sederhana dan sekeping uang logam lima ratusan



Suasana hiruk pikuk oleh suara alat musik yang sedang ditabuh. Orang banyak tumpah ruah disekitar enam bocah laki-laki yang sedang menabuh dengan semangat 45. Ada yang sekedar lewat sambil menoleh, ada yang berhenti tertegun menyaksikan permainan tabuhan anak-anak, ada yang sibuk memotret dan merekam aksi mereka menggunakan telepon genggam, ada yang menonton lalu tak lama kemudian memasukkan lembaran uang berbagai warna kedalam kotak yang disediakan didekat anak-anak itu ‘mengamen’. Beberapa bocah yang lain nampak berjajar membentuk formasi garis lengkung mengitari kumpulan anak-anak yang sibuk menabuh alat musik jimbe. Ada yang duduk dan ada yang berdiri karena tak kebagian kursi plastik lagi.

Rabu, 29 April 2015

Ujianmu nak...



Sore itu cerah, kuparkir motorku disamping sanggar dan kulihat banyak anak sudah berkumpul. Di teras sanggar beberapa anak usia TK-SD kelas 3 bergerombol dengan salah satu pendamping. Aku masuk dan ikut nimbrung dengan anak yang lebih dewasa sekitar SD kelas 4 keatas. Ada yang asik makan rambutan dan sepasang sedang bermain catur. Aku mengikuti jalannya permainan catur itu sampai seorang bocah curhat kepadaku masalah sekolahnya tetapi aku tak menyadarinya. Si bocah itu menepuk pahaku, “ mbak rungokno aku ta”.  Aku pun terkejut. Dalam hati aku tadi melamun atau asik mengikuti permainan catur ya. Hari-hari ini otakku serasa ruwet full sampai-sampai bocah itu curhat soal sekolahnya tetapi aku hampir tak bisa memberinya solusi, motivasi ataupun nasehat. Yang bisa kulakukan hanya mendengarkan dengan seksama. Walaupun hanya didengar, dari raut wajahnya nampak sumringah lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya.

Rabu, 04 Desember 2013

Bocah Loper Koran



Anak itu bermain dengan riang. Meloncat. Berlari. Lalu lalang kendaraan sama sekali tidak membuatnya cemas. Sesekali tawa dilontarkan ke arah kakak dan ibunya. Si ibu menunggui kios kecilnya. Memandang si kecil seperti melamun. Sang kakak lagi bergerak dari mobil ke mobil menawarkan koran di perempatan situ. Si kecil juga membawa koran di tangan. Bermain sambil menjajakan koran. Di mana pun anak selalu bisa bermain dan menemukan permainan.

Baru dua tahun dia mengenyam apa yang disebut sekolah. Dia selalu tampak gembira tiap kali berangkat. Seragam sekolah menjadi kebanggaannya. Dulu ada saat si bocah ini berjualan di jalan dengan memakai seragam sekolah. Itu kalo baju-baju yang lain lagi dicuci, terlalu kotor, atau robek di sana sini. Juga ketika baju si kakak lagi tidak bisa dipinjam. Biasanya karena alasan yang sama. Tidak banyak baju yang dia punya. Tidak mudah bagi si ibu untuk membelikan baju baru. Terlalu banyak hal lain lebih penting untuk keuangan yang selalu kurang dari pas-pasan.