Di bawah terik
matahari siang yang cukup panas,
sebuah adegan drama teatrikal dimainkan
tanpa naskah secara dadakan dan diperankan oleh anak-anak sanggar Alfaz diatas
hamparan lumpur tanggul Lapindo saat peringatan 9 tahun semburan lumpur
Lapindo. Drama
yang singkat tersebut dimainkan dengan sebuah penghayatan yang mendalam untuk
menumpahkan perasaan rindu mereka kepada kampung halaman.
Drama tersebut menceritakan seorang anak dan
dua orang temannya yang rindu akan rumah dan suasana kampung mereka yang hilang
karena luapan lumpur Lapindo. Dalam salah satu adegannya, mereka mencari rumah
mereka yang hilang entah kemana.
Sambil duduk bersimpuh, anak itu mencoba menunjukkan kepada
ke dua temannya bahwa dulu rumahnya di sini. "Sekarang dimana? Siapa yang
telah menghancurkannya? Mengapa sekarang jadi begini? " itulah rentetan
pertanyaan yang muncul dari mulutnya.