Sore itu aku termenung di teras rumah. Duduk di bangku panjang berwarna coklat kemerahan, tempat favoritku menghilangkan lelah sepulang kerja. Tak lupa selalu ada kopi panas yang duduk di cangkirnya ikut termenung menemaniku. Sembari menunggu suhunya sedikit menghangat, aku pun menenggelamkan pandanganku mengamati sedikit aktivitas orang lalu lalang di depan rumah. Tanpa sadar pikiranku pun memasuki mode lamunan. Kali ini tentang kegiatan yang baru saja selesai kujalani, TKMV (Temu Kaum Muda Vinsensian) 2024. Entahlah, mungkin euforianya masih terasa.
TKMV adalah sebuah acara yang banyak ditunggu tiap tahunnya oleh kelompok orang-orang muda yang menghidupi semangat St. Vinsensius a Paulo. Tahun ini, TKMV terselenggara di tiga lokasi yang berbeda, yakni Papua Barat, Jawa Timur, dan Jabodetabek. Berikut kilasan tentang lamunanku.
TKMV PAPUA
Diawali dengan mengenang cerita dari kawanku yang saat ini masih bermisi di Tofoi, Papua Barat. Jemmy Aquariesta. Dia menceritakan keseruan kegiatan TKMV di Domus Papua yang merupakan kali kedua. Sebanyak 176 pemuda berkumpul di Stasi St. Yosep, Tanah Merah, Paroki Kristus Terang Dunia, Tofoi di Papua Barat tempat terselenggaranya TKMV. Kegiatan dilaksanakan tanggal 21-23 Juni 2024, dan dihadiri oleh Kaum Muda Vinsensian dari paroki sekitar (Paroki Kristus Terang Dunia di Tofoi, Paroki St. Laurensius di Wasior, Paroki Thomas Aquinas di Amban - Manokwari, dan Paroki Paskalis di Manimeri).
Tema yang diusung “Bertumbuh Bersama Mewarnai Gereja di Bumi Cendrawasih”. Tema ini dipilih agar semakin banyak Orang Muda Papua yang memiliki semangat kepedulian terhadap sesama dan aktif dalam kehidupan menggereja.
Hal berbeda dari TKMV lainnya, pada kesempatan ini diberikan materi yang menjawab kebutuhan di Papua seperti sosialisasi pentingnya pendidikan bagi orang muda, edukasi seks sehat, dan bahaya narkoba. Ketiga materi tersebut dirasa penting diberikan agar kedepannya generasi muda papua menjadi pribadi yang lebih sadar akan pentingnya pendidikan dan angka putus sekolah akibat seks bebas berkurang, serta menjadi agen Vinsensian yang berani melibatkan diri dalam memberantas narkoba di Bumi Cendrawasih.
Tak lupa beberapa permainan outbound dengan nilai pemaknaan juga andil dalam memeriahkan TKMV di Papua.
Aahh, sebentar, dari dalam rumah kudengar suara ibu memanggilku.
TKMV JAWA TIMUR
Oke, urusan di dalam rumah sudah selesai. Biar kucicipi kopiku yang sudah setengah dingin ini.
Tegukkan ketiga ini mulai membawa pikirku melayang ke alam lamunan lagi. Kali ini menuju ke memori saat aku berada di SMAK St. Maria, Malang. Lokasi yang dipilih oleh OMK Paroki St. Vincentius a Paulo - Malang yang didapuk sebagai Panitia TKMV Jawa Timur pada 14-16 September 2024. Tempat itupun menampung sebanyak 120 orang peserta muda yang terdiri dari OMK Paroki, Kategorial (Karya Sosial CM: SSV, YKBS, KSK, dan VMY), dan Tarekat (Kaum Biarawan/i) yang berada dalam naungan CM di wilayah Jawa Timur.
“Surgite in Actio” atau “Bangkit Bersama dalam Tindakan” telah disepakati menjadi tema dari TKMV Jawa Timur. Harapannya, kaum muda berani untuk berjejaring dalam aksi kepedulian sosial khususnya pada kaum miskin.
TKMV Jawa Timur masih mengusung kegiatan eksposur sebagai media belajar langsung. Melalui eksposur Kaum Muda Vinsensian diajak untuk terjun ke titik-titik kemiskinan di Kota Malang dan berinteraksi langsung dengan kaum miskin kota layaknya ngobrol dengan teman sendiri.
Kegiatan eksposur sendiri ternyata masih menjadi bagian favorit bagi peserta TKMV. Merangkum dari tulisan para peserta yakni Helga, Angel, dan Laurensia yang diunggah di website ykbs.or.id, menyiratkan bahwa eksposur menjadi pengalaman yang menantang bagi mereka karena langsung berinteraksi dengan kaum miskin kota. Di website yang sama, peserta TKMV yang sering dipanggil dengan nama Defrin juga menemukan bahwa selalu ada ketimpangan ekonomi yang tumbuh di kota-kota besar dan mengajak kita untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kaum lemah seperti yang telah dicitrakan oleh St. Vinsensius a Paulo.
“Sore, Mas! Air galonnya?” teriak Kang Galon favorit komplek membuyarkan lamunanku.
“Airnya masih, galonnya saja sampean kasih ke saya, gratis.” Candaku.
“Halaah, bercanda terus. Nanti ibu-ibu sebelah juga jadi minta galon gratis.” jawabnya sambil tertawa sembari meninggalkanku.
TKMV JABODETABEK
Bersama sedikit sisa tawa yang ditinggalkan Kang Galon, kembali aku menyesap kopi sambil berusaha kembali ke lamunanku.
“Nanggung, tinggal babak akhir.” Batinku.
Tanggal 4-6 Oktober 2024 menjadi hari yang dipilih oleh 50 orang panitia gabungan dari OMK Paroki Salib Suci dan Fransiskus Xaverius Jakarta untuk menyelenggarakan TKMV Jabodetabek. Kegiatan ini juga melibatkan sejumlah 150 peserta muda dari OMK, kategorial karya sosial CM wilayah Bandung dan Lampung (SSV dan Komviss), serta dari SMP-SMA setempat.
Panitia TKMV Jabodetabek sepakat untuk mengusung tema “Dare to Serve with Love” karena melihat kondisi kaum muda setempat yang beberapa dari mereka masih kurang berani untuk melayani, dan beberapa lainnya melayani hanya sebatas memberi secara material saja. Tema ini diharapkan menjadi pemantik bagi Kaum Muda Vinsensian setempat agar lebih berani melayani dengan empati dan menunjukkan kepedulian yang tulus.
Pada kesempatan ini, peserta TKMV diajak untuk terlibat langsung di dalam karya sosial setempat. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berbagi cinta kepada kaum dampingan seperti anak-anak kurang mampu, kelompok difabel, lansia, dan berbagai karya yang menunjang kehidupan kaum miskin. Tidak berhenti di acara TKMV ini saja, di akhir acara para peserta juga berkomitmen untuk membentuk jaringan untuk lebih dalam lagi terlibat dalam karya sosial tersebut, menjadi relawan.
Hal yang cukup unik dan berkesan adalah ketika panitia memberikan waktu khusus untuk membasuh kaki seluruh peserta sebagai simbol wujud kerendahan hati.
Ngomong-ngomong tentang “Kerendahan Hati” aku pun mencoba mengingat kalimat dari Rm. Ign. Suparno CM ketika memberi renungan Misa Perutusan di TKMV Jabodetabek, “Mengaplikasikan Kerendahan Hati bukan semata karena apa yang terjadi pada kita lalu kita merendah, bukan! Kerendahan Hati berarti, mau dan berani menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita merupakan Penyelenggaraan Sang Ilahi”.
Kalimat tersebut membuat saya semakin meyakini bahwa suksesnya seluruh rangkaian TKMV 2024 dari timur ke barat ini merupakan kehendak dari Allah itu sendiri, bukan semata-mata karena kita; panitia, peserta, atau pun para romo. Maka untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti “Tahun depan TKMVnya bagaimana, ada lagi gak, di mana, seperti apa?”. Hehehe, biarkan Tuhan yang atur.
Aahh, ternyata kopi di cangkir sudah bersih.
Lamunan pun berakhir, ku ucap terima kasih.
Sidoarjo, 15 Oktober 2024, 00:35 WIB
Ch. Winjaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar