Setiap hari aku bernafas secara otomatis. Tubuhku tanpa kuperintah
sudah menarik udara dan menghembuskan udara. Aku tidak perlu susah-susah
berpikir bagaimana cara menarik nafas lalu menghembuskannya. Oleh karena
bernafas menjadi sebuah tindakan otomatis, maka aku baru sadar bahwa aku
bernafas bila udara di sekitarku terasa kurang nyaman seperti adanya kabut asap
pada akhir-akhir ini atau bau kentut saat sedang misa di stasi dan sebagainya.
Bila udara nyaman aku hanya merasakan tetapi tidak berpikir bagaimana harus
bernafas.
Iwan Fals dalam lagunya yang berjudul “Ibu” menulis dalam salah
satu baitnya, “seperti udara kasih yang kau berikan.” Kasih ibu digambarkan
seperti udara. Bagiku ini sebuah definisi kasih yang hebat. Kasih ibu mengalir
tanpa kita rasakan bahkan tidak kita pedulikan seperti sebuah tindakan otomatis
saat bernafas. Kita baru merasa terkejut saat kasih ibu kita anggap berlawanan
dengan keinginan kita. Kita mulai merasa terganggu seperti saat udara dicemari
bau busuk yang membuat kita harus berpikir atau mengendalikan nafas kita.