Kuperhatikan mereka dari seberang
jalan. Begitu asik bermain di tengah jalan, di sekitar pagar pembatas jalur.
Tawa dan teriakan gembira seakan mau membelah langit malam. Lari ke sana ke
mari, seolah-olah ini lapangan, bukan jalan raya. Sesekali mereka mendekati
mobil yang berhenti di lampu merah dekat situ.
Ini hari sudah larut malam. Sejak
tadi hawa beranjak dingin. Mereka tidak peduli. Mungkin saat ini anak-anak lain
sudah merasakan hangatnya selimut dan empuknya bantal. Mereka tetap bermain.
Kemudian seorang ibu tua muncul dari
salah satu ujung perempatan. Rupanya sejak tadi mendekam di bawah salah satu
emperan sana. Ia mendekati anak-anak itu. Seperti memarahi mereka. Anak-anak
itu langsung aktif mendekati mobil-mobil membawa alat musik darurat mereka.
Permainan berhenti.
Ternyata perhentian itu tidak lama.
Begitu kendaraan sepi, mereka bermain lagi. Asyik banget. Anak-anak…. Mereka
menikmati hidup dengan bermain. Adakah yang salah?
Tapi, ibu tua itu muncul lagi.
Marah-marah lagi. Anak-anak pun mengemis ke mobil-mobil lagi.
“Itu ibu mereka,” tutur salah satu
anak yang duduk di sebelahku.
Aku kaget.
“Iya…, dia menyuruh anak-anaknya
cari uang,” lanjutnya begitu melihat reaksi kagetku.
“Setiap malam ya seperti itu. Ibunya
sembunyi di sebelah sana. Lalu kalo anak-anak itu gak kerja, ibunya selalu
marah-marah seperti tadi itu,” sambung temannya.
Wah, terus…siapa yang harus cari
uang? Orang tua atau anaknya yang masih kecil-kecil itu?
Mereka masih terus bermain. Aku pun
tetap asyik memperhatikan kegembiraan mereka.
Oleh : Rm. Rudy
Hermawan CM
Dimuat dalam
buletin Fides et Actio edisi No.58, April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar