Ayo mas kita
berangkat ke Tales, sekarang waktunya mendampingi anak-anak belajar Matematika,
ucap Rudi pada saya. Tolong ambil kunci sepeda motorku, kita berangkat bareng,
kata saya pada Rudi.
Tempat
belajar anak-anak dengan sekretariat tempat berkumpulnya relawan Sanggar Merah
Merdeka di Bendul Merisi jaraknya lumayan jauh, meskipun tidak terlalu jauh
karena bisa di tempuh dengan jalan kaki.
Ketika tiba
di kampung Tales, Wonokromo, Surabaya, Rudi di sambut anak-anak Tales Gang
langgar dengan antusias. 5 menit kemudian Rudi langsung mendampingi belajar
anak kelas 3 dan 4 secara bergantian. Ia mengajar anak-anak Matematika tentang
FPB dan KPK. Jumlah anak belajar ada 10 orang.
Rudi
membimbing anak-anak penuh dengan kesabaran walaupun anak-anak kadang kurang
fokus belajar dan kadang buat gaduh dengan teman-temannya. “Ia mengatakan
mengajar anak kampung Tales harus sabar dan humoris, mereka anak-anak yang
kurang perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja jadi tukang becak, kuli
bangunan dan pedagang,”pungkasnya.
Rudi masih
duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan usianya pun masih 15 tahun. Tapi,
ia peduli pada nasib pendidikan anak-anak. Ia merasa senang bisa berbagi ilmu
dan pengalaman hidup pada anak-anak. “Saya melakukan hal kecil, menemani
anak-anak belajar. Mungkin bagi sebagian orang apa yang saya lakukan hal
sepele, tapi itu tidak masalah. Saya akan berbuat sesuatu seperti jarum jam
yang terus memberi arti bagi kehidupan orang lain. Ibarat jam, dilihat atau
tidak oleh orang, itu akan terus berputar,” Katanya.
Rudi
merupakan anak didik sanggar. Waktu masih SD, ia juga ikut belajar di Sanggar.
Kini, selain mendampingi belajar anak-anak, ia juga masih ikut belajar di
Sanggar.
Selain itu,
Ia juga pintar memasak nasi dan beraneka macam sayur. Setiap hari ketika lapar,
ia harus memasak nasi sendiri.
Oleh : Mahrawi.
Dimuat dalam buletin Fides Et
Actio edisi No.89, November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar