Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya harus bekerja
sungguh-sungguh agar terpenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Meskipun begitu,
bekerjapun tidak selalu mulus seperti Mairi lelaki (52) asal Sampang, Madura,
Jawa Timur. Getar getir kehidupan ia lalui, mulai bekerja menjadi guru madrasah
hingga jualan rujak buah.
Mairi ketika masih muda bekerja menjadi guru agama di sekolah Madrasah
di Pondok Pesantren di Sampang. Bahkan ia sempat pergi ke Malaysia untuk
menjadi guru gaji di Masjid dan agama di sekolah. Namun, naas ia tak lagi jadi
guru karena sudah tidak pakai lagi oleh sekolah. Ia pulang dari Malaysia
setelah bekerja selama 2 tahun.
Setelah tidak menjadi guru, pria dua anak ini bekerja jadi sopir
angkot di Surabaya selama delapan tahun. Dikala jadi sopir angkot macetnya kota
Surabaya ia nikmati dengan penuh kesabaran apalagi mencari penumpang juga tidak
mudah. Ditengah serbuan transportasi online di kota pahlawan, ia kalah bersaing
dengan transportasi berbasis aplikasi, mobil angkotnya sepi penumpang sehingga
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus meminjam sana sini. Penumpang lebih
memilih transportasi online karena banyak kemudahan yang mereka terima.
Karena terbelit hutang, ia akhirnya memilih profesi lain dengan
membuka warung di pinggir jalan. Sialnya nasib baik belum menghampiri dia. Ia
hanya bisa jualan selama 6 bulan karena tempat jualannya di bongkar oleh satpol
pp karena dianggap menggangu aktivitas lalu lintas. Hutangpun pun juga belum
terbayar.
Ia sempat stress, namun tak membuat dia putus asa. Ia langsung
banting setir merubah haluan dengan mencoba berjualan rujak manis buah.
Walaupun tak mudah berjualan rujak, ia tekuni dengan sabar dan kerja keras.
Awal mula berjualan, ia sempat masuk gang-gang rumah warga dekat Pasar Kembang
Surabaya sebelum akhirnya ia memilih jualan di pinggir jalan Arjuno Surabaya
dekat pom bensin.
Ia mengatakan berjualan itu kuncinya sabar dan tekun karena hasil
jualan tak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Saya kalau siang waktunya habis berjualan di jalan. Kalau malam
waktunya saya habiskan mengelola masjid dengan menjadi imam masjid dan
bersih-bersih. Hidup itu harus imbang antara mencari bekal di dunia dan akhirat
agar menjadi orang yang selamat dan tidak tamak”, ujarnya.
Kehidupan manusia itu tidak ada yang bisa memprediksi. Kemaren
jadi pejabat, besoknya sudah masuk penjara. Intinya manusia harus bekerja keras
dan berdoa.
Oleh : Mahrawi
Dimuat dalam buletin Fides Et
Actio No.93, Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar