Ibu merupakan sosok wanita yang hebat. Beliau
merelakan apapun demi melihat anak-anaknya tersenyum bahagia.
Mulai sejak hamil, melahirkan dan membesarkan
anak, beliau setia menemani dengan sabar. Beliau selalu merawat anaknya, tak
bosan oleh waktu.
Ibu selalu melakukan yang terbaik pada
anaknya, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Tak peduli anaknya mau jadi
tukang judi maupun jadi maling sekalipun. Dalam kondisi sesulit apapun, ibu
akan selalu ada di sisinya, bahkan ketika anak-anaknya sudah tumbuh besar.
Kisah ibu hebat ini ada dalam sosok mbah
Samiyah (80) penjual kembang di pasar kota Bojonegoro Jawa Timur. Ia berjualan
di sebelah Pajiyah, penjual salak. Di usianya yang sudah renta dan semua fungsi
tubuhnya mulai berkurang, dia masih berbagi hasil jual kembang dengan anaknya.
Mbah Samiyah setiap hari hanya
berpenghasiIan 20 ribu. "Dia sering diberi makan oleh orang lain,
khususnya yang tinggal di pasar karena mbah Samiyah sudah sangat tua," tutur
Pajiyah penjual salak yang berjualan sama dia.
Mbah Samiyah punya tiga anak tapi yang
satu sudah meninggal. Dia tinggal sendiri di rumah karena sudah ditinggal suami
dan anaknya tidak ada yang tinggal bersama dia.
"Walaupun tinggal sendiri, anak yang
kerjanya judi sering datang ke rumah meminta uang untuk berjudi. Mbah Samiyah
tetap memberikan uang itu, meskipun uang itu untuk berjudi karena ia tak tega
melihat anaknya, tutur Yohana Eka menirukan pembicaraan dengan Mbah Samiyah.
Mbah Samiyah selain punya cinta luar
biasa pada keluarganya, ia tidak mau bergantung pada anaknya dan orang lain.
Dia tetap bekerja di tengah keterbatasan.
Kisah pelajaran hidup yang kita bisa
ambil dari mbah Samiyah adalah terus mencintai keluarga dan terus semangat
memperjuangkan hidup.
Kita yang muda, masak kalah sama
mbah-mbah, kita minta uang terus pada orang tua. "Yang tua aja tidak
pernah tergantung pada anaknya yang muda dan bisa bekerja, masak yang muda
terus bermalas-malasan dan bergantung pada orang tua?”, ucap Yohana.
Oleh
: Mahrawi
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi no.91,
Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar