Asmali (60) tampak termenung meratapi nasibnya. Lelaki yang sehari-sehari mengatar es balok ke warung-warung mengeluh karena orang yang mau membeli es nya semakin berkurang."Orang-orang sekarang lebih banyak memakai es kristal. Sebagian juga membuat sendiri karena sudah banyak yang mempunyai kulkas," ucap pria yang khas dengan logat Madura ini.
Bapak yang mempunyai lima anak ini sedang menghadapi masa-masa sulit. Ia dulu menafkahi keluarganya dengan jualan es lilin keliling dari gang-gang di kota Surabaya. Pekerjaan ini telah ia jalani selama lima tahun.
Mempunyai 5 anak dan kebutuhan keluarga yang semakin bertambah, membuat ia
memutuskan untuk ganti pekerjaan lain. Profesi barunya ialah menjual es balok
dari warung ke warung, dari rumah ke rumah di daerah sekitar Jl. Widodaren, Jl.
Kedungdoro, Jl. Tidar. Ketiga lokasi tersebut berada di kota Surabaya, Jawa
Timur. Es balok ia beli dari pabriknya langsung. Pekerjaan ini ditekuninya
selama tiga puluh lima tahun.
Es balok laris peminat lima tahun lalu, banyak pedagang menggunakan es ini saat
menyajikan aneka minuman. Es ini juga banyak digunakan nelayan untuk membekukan
ikan agar tetap segar. Namun kini es balok semakin minim ditinggalkan
peminatnya. Posisinya sekarang tergeser dengan keberadaan es kristal.
Es kristal selain lebih sehat dan bersih juga lebih mudah digunakan karena
sudah terpotong kecil-kecil. Es kristal juga tidak mengandung senyawa atau
misalkan bakteri yang bisa membahayakan.
Di usianya yang tak lagi muda ini, Asmat begitu orang-orang biasa memanggil dia
sedang meratapi nasibnya. Ia mempunyai angan-angan untuk berganti pekerjaan.
Tetapi usia yang sudah setengah abad lebih menjadi penghalangnya.
"Zaman sudah berubah. Mobil angkot dan becak sudah kalah bersaing dengan
transportasi berbasis aplikasi. Pelanggan es balok juga mulai pindah ke es
kristal. Berbelanja pun sekarang juga bisa lewat telepon genggam," ujar
Asmali sambil duduk di atas becak temannya.
Orang lanjut usia seperti Asmali jumlahnya mencapai 24 juta jiwa seperti yang
dikutip dari koran Kompas edisi 12 Juni 2019. Orang lanjut usia bukan tidak mau
bekerja dan menunggu belas kasihan orang lain. Namun mereka tak berdaya
tergilas oleh zaman.
Banyaknya jumlah masyarakat yang berusia di atas 60 tahun sangat memerlukan
peran negara dan kita untuk memberdayakan mereka. Mari kita bantu mereka yang
ada di sekitar kita.
Oleh : Mahrawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar