Sering orang menyebutku
sebagai kaum kiri. Seorang tokoh Gereja pun menyebutku sebagai imam kiri.
Sebutan ini dikaitkan dengan aktifitasku yang sering terlibat dalam pertemanan
dengan kaum miskin. Bermula dari pendampingan kaum buruh yang mempertemukanku
dengan para aktifis pro demokrasi sebelum reformasi. Kemudian aku terlibat
dalam pertemanan dengan anak jalanan, pemulung, PKL dan kaum miskin lainnya.
Beberapa kali aku terlibat aktif dalam perencanaan dan demonstrasi bersama kaum
miskin. Kedekatanku dengan kaum miskin dan perjuangannya inilah yang memicu
orang untuk menjulukiku kaum kiri yang diucapkan dengan nada sinis.
Beberapa orang berpendapat
bahwa tempatku bukan disana. Aku harus berada di dalam areal Gereja. Semula aku
ingin mengikuti pendapat itu. Tapi ketika aku ingin berhenti ada saja orang
atau peristiwa yang membawaku kembali ke areal kaum miskin. Ketika aku
menghentikan aktifitasku dalam pertemanan dengan anak jalanan, tiba-tiba ada
teman mengajak untuk membantu kurban Lapindo. Setelah aku berhenti, ada teman
yang memintaku untuk mendukung perjuangan warga stren kali yang akan digusur.
Apakah memang kaum kiri itu merupakan sesuatu yang buruk?.