Sering orang menyebutku
sebagai kaum kiri. Seorang tokoh Gereja pun menyebutku sebagai imam kiri.
Sebutan ini dikaitkan dengan aktifitasku yang sering terlibat dalam pertemanan
dengan kaum miskin. Bermula dari pendampingan kaum buruh yang mempertemukanku
dengan para aktifis pro demokrasi sebelum reformasi. Kemudian aku terlibat
dalam pertemanan dengan anak jalanan, pemulung, PKL dan kaum miskin lainnya.
Beberapa kali aku terlibat aktif dalam perencanaan dan demonstrasi bersama kaum
miskin. Kedekatanku dengan kaum miskin dan perjuangannya inilah yang memicu
orang untuk menjulukiku kaum kiri yang diucapkan dengan nada sinis.
Beberapa orang berpendapat
bahwa tempatku bukan disana. Aku harus berada di dalam areal Gereja. Semula aku
ingin mengikuti pendapat itu. Tapi ketika aku ingin berhenti ada saja orang
atau peristiwa yang membawaku kembali ke areal kaum miskin. Ketika aku
menghentikan aktifitasku dalam pertemanan dengan anak jalanan, tiba-tiba ada
teman mengajak untuk membantu kurban Lapindo. Setelah aku berhenti, ada teman
yang memintaku untuk mendukung perjuangan warga stren kali yang akan digusur.
Apakah memang kaum kiri itu merupakan sesuatu yang buruk?.
Istilah kiri sering merupakan
ungkapan kesinisan. Banyak orang melihat kiri itu buruk. Di negara kita kiri
dikaitkan dengan komunis atau PKI. Banyak orang masih alergi dengan paham
komunis, meski banyak orang tidak paham mengenai komunisme. Mereka hanya yakin
bahwa komunis itu jahat sebab mengkaitkan dengan PKI. Bila kita mau jujur sebenarnya
PKI menjadi kurban setelah peristiwa G30S. Jutaan pengikut PKI dan yang dituduh
PKI dibantai oleh orang yang mengaku agamawan dan nasionalis. Belum lagi mereka
yang dipenjara dan mengalami siksaan yang mengerikan.
Istilah kiri muncul pada tahun
1878 setelah revolusi Perancis. Dalam parlemen Perancis tempat duduk dibagi
sebelah kiri dan kanan raja serta yang ditengah. Para penentang raja duduk di
sebelah kiri sedangkan pendukung kerajaan duduk di sebelah kanan. Orang yang
duduk di tengah adalah kaum moderat. Dari situ mulai muncul istilah kiri bagi
siapa saja yang menentang penguasa. Istilah kiri semakin berkembang setelah
munculnya Karl Marx dengan sosialismenya. Karl Marx membela kaum miskin dan
menentang para pemilik modal, maka istilah kiri dikaitkan dengan perjuangan
rakyat miskin dalam melawan kaum pemilik modal. Di negara kita kiri dikaitkan
dengan komunisme dan komunisme dicap sebagai ateis dan amoral. Hal ini
ditanamkan terus menerus dalam masyarakat. Pada tahun 1984 Arifin C Noer
membuat film berjudul “Pengkhianatan G30S” yang wajib ditonton oleh semua anak
sekolah dan ditayangkan di TV selama bertahun-tahun setiap 30 September. Film
itu melukiskan kekejaman PKI. Inilah keberhasilan ORBA dalam membangun
kebencian masyarakat terhadap PKI.
Oleh karena selama
bertahun-tahun bangsa ini dijejali pemahaman yang keliru tentang istilah kaum
kiri, maka sampai sekarang istilah kiri tetap dianggap buruk. Orang bangga bila
disebut istilah kaum kanan, sebab dianggap sebagai orang beragama dan baik.
Padahal kaum yang menyebut diri kanan belum tentu baik. Mantan presiden Bush
yang banyak menebar perang adalah kaum kanan. Margareth Teacher yang menggagas
neoliberlisme juga dari partai kanan. Pinochet, presiden Chili yang membantai
banyak orang juga dari partai kanan. Para pemimpin agama di Iran yang kejam
juga orang kanan. Le Pen, calon presiden Perancis pada pemilu tahun 2002 adalah
orang ultra kanan yang memboyong ide membenci para imigran. Jadi kaum kanan
juga bisa kejam.
C. Wright Mills (1916-1962)
seorang sosiolog dari Amerika menulis, bahwa istilah kiri merujuk kepada
sekelompok orang memiliki kecenderungan utopia, memiliki khayalan akan masa
depan dan tatanan sosial yang lebih baik, hal itu tidak selalu berkonotasi
buruk. Kata tersebut justru mengacu pada sesuatu yang positif, semacam semangat
yang menggerakkan diri manusia untuk melakukan perubahan sejarah. Lalu mengapa
orang sering memandang kiri dengan sinis?
Oleh : Rm. Gani Sukarsono CM
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi Agustus No. 50 thn 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar