Pagi ini seorang kawan dalam
jaringan perburuhan mengirimkan email berisi kegelisahan akan anak-anak bangsa
yang telah menjadi begitu konsumeris, atau hedonis dalam bahasanya. Masih
sekecil anak-anak SD sudah akrab dengan semua jenis handphone, blackberry,
bahkan mobil-mobil edisi terakhir.
Memang tak banyak artinya kita hanya
mencela tanpa mencari hal-hal yang secara prinsipial bisa dipraktekkan sebagai
pribadi, sebagai keluarga, sebagai bangsa. Pikiranku jelalatan mencari apa yang
bisa kita lakukan.
Saya teringat contoh ini. Sebuah
keluarga Indonesia beranak empat yang tinggal di Delaware mengisahkan
bagaimana mengubah anak-anak yang semula tak suka sayur akhirnya bisa dan
terbiasa makan sayur. Sang ibu melatih anak dengan sebuah pertanyaan, “Apakah
saya (badan saya) memerlukan sayur?” Akhirnya, tanpa dikomando anak-anak itu
bisa dan terbiasa mempertimbangkan sendiri untuk memakan sayur atau apapun yang
semula ia tak suka.