Sore itu aku sedang duduk – duduk di atas
rerumputan di samping rumah pastoran di Takwa Parish. Seorang anak
mendatangiku. Dia lalu duduk diam – diam di dekatku. Tanpa kata. Dari dalam
benakku, timbul ide kreatif. Kuminta dia memanjat punggungku, berdiri di
pundakku, lalu melompat ke depan. Sekali dia sukses melakukannya, dia kepingin
lagi melakukannya. Pada kali ke tiga, ada banyak anak muncul dan berdatangan
dari balik semak – semak, lalu berebut naik ke pundakku. Oh, rupanya mereka
sudah sejak tadi menguntitku dan mencoba mendekatiku. Sampai cukup lama mereka
bergantian bermain “memanjat dan melompat”.
Pada kesempatan lain, di Tulagi, aku
memperkenalkan kepada anak – anak kampung permainan suara yang diproduksi oleh
kombinasi antara tepuk tangan dan suara mulut. Dari situ, mereka bisa membentuk
semacam grup yang menghasilkan bunyi konser yang indah. Di malam hari,
penerangan lampu minyak menginspirasiku untuk memperkenalkan permainan bentuk –
bentuk binatang yang dihasilkan oleh bayang – bayang dari kedua tangan. Itu
semua adalah permainan masa kecilku. Permainan yang murah dan menggunakan apa
saja yang ada di lingkungan sekitar kita.