Menjelang Paskah dan Natal
merupakan saat yang sibuk di tempat misi.Persiapan-persiapan untuk menyambut Paskah
dan Natal dilakukan beberapa minggu sebelumnya. Di pusat paroki, anggota DPP
bersama romo paroki mulai sibuk membentuk panitia dan penyusunan jadwal tugas untuk
perayaan Paskah dan Natal, anak asrama, mudika, ibu-ibu WK mulai sibuk berlatih
untuk perayaan Paskah dan Natal, dan yang tidak terlupakan penyusunan jadwal untuk
melakukan turne ke kampung-kampung.
Turne Paskah dan Natal merupakan
saat yang saya nantikan saat berada di tempat misi. Lewat turne, saya dapat mengalami
banyak hal dan bertemu dengan umat di berbagai kampung. Dengan ikut ambil bagian
dalam turne, saya dapat mengunjungi berbagai kampung dari hulu sampai hilir. Dari
jadwal turne, saya mengetahui jalur-jalur kampung yang dilalui, ada yang di
jalur sungai, ada yang jalur darat, dan ada yang melalui jalur sungai dan darat
sekaligus. Letak kampung di jalur sungai maka transportasinya menggunakan klotok
(sejenis sampan lebar dengan mesin berbunyi tok..tok..tok..tok), speed pastoran
dengan mesin Pk kecil, atau speedboat dengan mesin Pk besar. Letak kampung di
jalur darat maka transportasinya menggunakan kendaraan motor, jalan kaki, atau truk
(jika di wilayah kampung itu terdapat PT).
Mengatakan ikut turne berarti
siap untuk segala-galanya. Ikut ambil bagian dalam mengikuti turne adalah kesempatan
untuk mengolah diri. Hal ini sudah dimulai dari saat perjalanan menuju tempat turne
dan kembali keparoki. Tidak ada transportasi khusus yang spesial walaupun datang
sebagai petugas dari paroki untuk melaksanakan ibadat di kampung-kampung. Transportasi
yang dipakai sama dengan yang dipakai oleh umat sehari-hari. Jika turnenya saat
musim hujan, berarti siap terkena hujan selama turne, speed dan klotok kena hantam
kayu besar, jatuh berulang kali saat naik
kendaraan motor karena jalan yang basah, licin, dan becek, atau harus jalan
kaki dengan terpleset-pleset dan kaki penuh lumpur. Saat musim kemarau pun kita siap dengan turne
yang jalurnya darat maka debu dan panas akan ditemui selama perjalanan turne sedangkan
jalur sungai kendaraan air sering nyangkut di riam sehingga kita harus turun ke
sungai untuk jalan kaki.
Transportasi dan medan yang
dilalui saat turne baru awal pengolahan diri. Kita akan makin diajak untuk mengolah
diri dengan merasakan tempat tinggal, tempat mandi dan berganti pakaian, dan makanan
yang diperoleh selama turne. Tempat tinggal yang seadanya, tidak ada ruang khusus
untuk tidur, mandi sama-sama di sungai, ganti pakaian di lanting, makanan yang
seadanya. Tidak ada batas pemisah antara umat di kampung dengan petugas turne. Siapapun
yang bertugas turne, ikut ambil bagian dalam perilaku hidup sehari-hari umat di
kampung.
Perayaan ibadat atau misa saat
turne juga suatu pengalaman yang tak terlupakan.Perayaan ibadat atau misa yang
terkadang tanpa lagu atau lagu yang sama di setiap kampung, petugas bacaan yang
seringkali belum disiapkan sehingga tidak jelas membacanya, dan ketidaksiapan petugas-petugas
lainnya. Ikut turne berarti siap untuk memimpin lagu dari awal sampai akhir bahkan
di semua kampung kalau umat di kampung yang dikunjungi tidak berani untuk memimpin
lagu.Hanya beberapa kampung yang umatnya sudah menyiapkan petugas-petugas dalam
perayaan ibadat dan misa Paskah atau Natal.
Setelah selesai perayaan ibadat
atau misa, adalah waktu untuk menyiapkan perut. Sudah menjadi tradisi di
kampung untuk menjamu mereka yang datang kekampung mereka, apalagi datang saat perayaan
Paskah atau Natal. Setiap kampung mempunyai gaya masing-masing dalam menjamu para
petugas turne. Beberapa kampung yang saya datangi saat turne, umatnya ada yang
senang untuk kumpul bersama di rumah salah satu umat (biasanya rumah ketua umat)
atau di rumah betang dan ada yang memilih untuk memanggil petugas turne naik kerumah
umat satu per satu. Sebelum perayaan misa/ibadat, perut dikosongkan dulu karena
dalam satu kampung bisa lebih dari 10 rumah yang dimasuki untuk makan dan minum.
Kumpul bersama di rumah salah satu tokoh umat pun, perut harus disiapkan karena
kita pasti diajak untuk mencoba segala makanan dan minuman yang sudah dibuat dan
dihidangkan.
Makanan yang dihidangkan terkadang
cenderung sama dari masakan babi kecap atau babi dengan nangka, ayam masak kuah,
daun ubi tumbuk, daun ubi direbus ditambah sambal, sayur perenggi dicampur dengan
timun ladang dimasak kuah, kadang goreng tempoyak (saat musim durian), sarden campur
mie, ditambah dengan kue-kue kampung yang dibuat dari beras ketan. Yang pasti,
semua masakan saat turne adalah masakan khas kampung yang sangat sedap disantap
apalagi ditambah makan bersama-sama. Semua yang disantap belum total kalau tidak
mencicipi sajian khas saat kumpul bersama di kampung, yaitu tuak.
Dalam tulisan awal ini,
saya menuliskan bahwa menjelang Paskah dan Natal dilakukan berbagai persiapan
agar perayaan Paskah dan Natal berjalan dengan baik. Dalam benak saya hal itu juga
akan saya lihat di kampung-kampung yang akan saya datangi saat turne. Namun,
kondisi yang saya temui saat turne sungguh berbeda dengan kondisi di pusat paroki.
Awal mengikuti turne saya merasa
capek, jengkel, kecewa, dan berbagai perasaan
bercampur aduk. Saya benar-benar merasa dibenturkan dengan apa yang saya alami dan
pelajari selama ini dengan apa yang saya temukan dan alami di tempat misi.
Standar kesiapan dan saat perayaan Paskah dan Natal dalam arti siap segala-galanya
benar-benar harus saya tanggalkan. Begitu juga dengan kondisi transportasi,
akomodasi, dan konsumsi yang jauh dari bayangan saya. Semua kondisi tersebut awalnya
membuat saya kaget, namun setelah saya coba refleksikan, saya malah semakin merasa
nyaman dan rindu untuk ikut bagian dalam turne. Ikut dalam turne membuat saya semakin
diingatkan untuk apa saya berada di tempat misi. Ambil bagian dalam turne adalah
untuk menemani dan melayani umat. Umat di kampung-kampung perlu untuk terus disapa
dan diperhatikan kehidupan iman mereka. Saya pun menemukan Tuhan dalam perjalanan
dan kesederhanaan perayaan Paskah dan Natal di kampung-kampung.
(Lidya Andayani
Wisnuwardani,
anggota MAVI, berkarya di Kalimantan Barat tahun …..)
dimuat di buletin Fides et Action edisi Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar