Mujijat penggadaan roti dalam Injil Matius dan Markus terjadi dua
kali. Pertama untuk 5000 orang yang kedua untuk 4000 orang. Lukas dan Yohanes
hanya menulis sekali untuk 5000 orang lelaki belum termasuk perempuan dan
anak-anak. Jumlah roti yang digandakan pun berbeda. Matius dan Markus menulis
para murid mempunyai 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5000 orang. Sedang
pada saat memberi makan 4000 orang ada murid yang mempunyai 7 roti dan beberapa
ikan. Dalam Lukas murid-murid mempunyai tidak lebih 5 roti dan 2 ikan. Dalam
Yohanes seorang anak kecil yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan.
Terlepas dari berbagai perbedaan yang perlu penelitian mendalam,
tetapi hal yang saya rasa agak ganjil adalah reaksi orang atas mujijat ini.
Tidak ada reaksi heboh dari orang banyak. Hanya dalam Injil Yohanes digambarkan
reaksi orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah nabi yang akan datang
lalu hendak mengangkatNya sebagai raja. Di Injil lain kejadian itu berlangsung
begitu saja. Setelah memberi makan lalu Yesus menyingkir. Tidak ada reaksi dari
orang-orang seperti dalam mujijat yang lain.
Mengapa orang-orang tampak adem ayem saja? Apakah mereka sudah
sering melihat Yesus membuat mujijat sehingga tidak timbul rasa kagum lagi?
Atau mereka sudah kekenyangan sehingga tidak peduli lagi dengan mujijat itu?
Atau apakah mereka melihat bahwa mujijat itu adalah kewajiban Yesus untuk
memberi mereka makan sehingga tidak perlu dikagumi? Ataukah mujijat itu
hanyalah sebuah mujijat sederhana saja tidak seperti mujijat yang lain yang menimbulkan
kekaguman?
Ada teolog pembebasan yang menafsirkan bahwa itu bukan mujijat
tetapi pengajaran Yesus kepada para pengikutNya. Albert Nolan dalam buku Yesus
sebelum agama Kristen juga melihat bahwa itu bukan mujijat seperti mujijat yang
lain. Mari kita melihat kronologi peristiwa itu. Pertama Yesus melihat ada
banyak orang yang mengikutiNya padahal hari sudah malam. Mereka kelelahan dan
jauh dari kampung. Yesus merasa berbelas kasih pada mereka. Dia lalu meminta
para rasulnya agar memberi mereka makan. Tetapi para rasul tidak memiliki atau
hanya memiliki beberapa potong roti yang jelas tidak cukup. Yesus lalu menyuruh
semua orang duduk berkelompok. Yesus mengucapkan syukur dan memecah roti yang
ada padaNya lalu meminta para murid untuk membagikannya. Setelah semua orang
puas makan maka para rasul diminta untuk mengumpulkan sisa roti yang tidak
termakan. Ternyata terkumpul 12 bakul.
Ada kemungkinan Yesus memberi teladan berbagi. Yesus mungkin tahu
bahwa semua orang membawa roti. Tetapi rasa kekuatiran dan egois membuat mereka
menyimpan rotinya masing-masing. Mereka berpikir bahwa bila berbagi maka tidak
akan cukup bahkan mungkin besok mereka akan kelaparan. Ketika mereka melihat
Yesus memecah dan membagikan rotiNya, maka mereka dalam kelompoknya masing-masing
turut mengeluarkan rotinya lalu dibagi pada sesamanya. Oleh karena semua orang
membawa roti maka mereka dapat makan kenyang bahkan masih ada sisa.
Yesus memberi teladan untuk berbagi apa yang dimiliki. Melihat
pemimpinnya berani berbagi mendorong semua orang turut berbagi. Keberanian
berbagi adalah sebuah mujijat besar. Yesus mengajarkan agar orang tidak perlu
kuatir dengan hidup mereka sendiri (Mat 6:25-32). Orang enggan berbagi sebab
dia kuatir akan hari esok. Sebetulnya semua orang punya, tetapi karena ada rasa
kuatir apa yang dimilikinya akan habis atau berkurang maka orang enggan
berbagi. Orang enggan berbagi sebab kuatir akan dirinya sendiri dan terlalu
memikirkan dirinya sendiri.
Kerajaan Allah dapat terwujud bila orang rela berbagi. Bahkan
Yesus mengajarkan agar berbagi dengan orang yang tidak dapat membalas kita.
Mungkin juga dapat mengacu pada ajaran Yesus dalam Matius 6 jika kita berbuat
baik hanya untuk mendapat balasan maka apa bedanya kita dengan orang Farisi dan
munafik? Berbagi sepertinya hal yang mudah, tetapi nilai dunia mengajarkan
lain. Bahkan ada gurauan kalau tidak pelit maka tidak kaya. Orang cenderung
bersikap seperti bubu ikan, dimuka lebar dan dibelakang sempit. Berusaha
menampung semua yang masuk sebanyak mungkin, tetapi bila sudah masuk maka sulit
keluar lagi. Orang hanya ingin mendapat mujijat dari Yesus tetapi Yesus
mengajarkan agar berbagi.
Pada saat Natal ini ada seorang romo mengirimkan gambar karikatur
kurasa karikatur romo Koko yang ada di mingguan Hidup. Dalam karikatur itu
dituliskan anggaran perayaan Natal. Mulai dari hiasan gereja sampai makan
panitia Natal. Semuanya dalam jutaan. Hal itu memang biasa di kota-kota besar.
Padahal ada banyak orang miskin di sekitarnya. Selain itu masih banyak umat
Katolik yang tidak mampu merayakan Natal. Gereja-gereja di pedalaman kesulitan
keuangan. Para imam di pedalaman hidup ala kadarnya. Bahkan ada imam sampai
menjadi pemulung. Mengapa tidak membagikan apa yang dihamburkan pada pesta
Natal yang hanya semalam itu untuk gereja-gereja yang lain? Mengapa tidak mau
berbagi? Padahal pada umumnya kotbah misa Natal mengenai kesederhanaan dan
solidaritas. Lalu?????
Saat ini masih dibutuhkan mujijat penggandaan roti. Bukan berharap
dari Yesus yang menggandakan apa yang kita miliki, melainkan semangat untuk
berbagi. Daripada uang disembunyikan mengapa tidak dikeluarkan untuk berbagi
dengan sesama? Mengapa kita kuatir akan kehabisan yang kita miliki? Mengapa
kita masih menggunakan sikap seperti bubu? Allah telah memberi banyak berkat kepada
kita, tetapi sering kita merasa miskin dan berkekurangan sehingga tidak mau
berbagi, sebab kuatir kita akan kekurangan. Padahal jika berani berbagi maka
semua orang akan kenyang dan masih ada sisa yang cukup banyak.
Oleh. Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat
dalam buletin Fides et Actio edisi No.79, Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar