"Kepemimpinan itu bukan
semacam teori, tetapi perlu dicoba," ucap fasilitator di sesi akhir
pelatihan.
Pada hari Selasa (10/07/2019),
Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) mendapat kepercayaan untuk memberikan
pelatihan kepada 13 peserta dari negara Tirai Bambu di Jl. Residen Sudirman,
Surabaya, Jawa Timur.
Acara dimulai sejak pukul 9 pagi
hingga menjelang Magrib. Dalam
kurun waktu kurang lebih 8 jam itu, peserta pelatihan melahap 3 tahapan sesi.
Pada sesi pertama, para peserta
diajak untuk menyelesaikan misi dan tantangan dalam permainan bernama Traffic Jam. Sesi kedua, peserta didampingi
fasilitator untuk belajar membangun serta menumbuhkan gereja di wilayahnya
masing-masing.
Selanjutnya pada sesi terakhir, fasilitator
menyampaikan intisari dari proses pelatihan yang memakan waktu sekitar 480
menit itu.
Dari ketiga sesi, Traffic Jam ialah proses yang cukup menyita
pikiran serta mengaduk-aduk perasaan peserta. Memang itu sekadar permainan
belaka. Namun Traffic Jam mampu memberikan
pelajaran serta pengalaman baru yang belum pernah bahkan tak bisa peserta
dapatkan di negara asalnya.
Dalam praktik permainan tersebut,
peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Karena jumlah mereka ganjil, maka kelompok A
berisi 6 orang, kelompok B beranggotakan 7 orang. Mereka semua berbaris 1
banjar serta berdiri di atas matras karet yang diletakkan pada lantai.
Untuk membedakan kelompok A
dengan kelompok B, terdapat 1 matras yang dibiarkan kosong tanpa ada orang
berdiri di atasnya.
Lalu, kelompok A berada di sisi
sebelah kanan, sedangkan kelompok B di sisi kiri. Posisi matras kosong berada
di antara kedua kelompok yang berdiri saling berhadapan.
Selanjutnya, fasilitator
menginstruksikan kedua kelompok untuk bergerak dari tempat asalnya. Kelompok
yang berdiri di sisi kanan berpindah ke sisi sebelah kiri sedangkan kelompok
satunya menuju ke arah sebaliknya.
Namun ada aturan main yang harus
peserta genapi yakni mereka hanya boleh melangkah ke depan sekali atau melewati
orang yang berdiri tepat di depannya. Dengan demikian, mau tidak mau peserta
harus memutar otak untuk menuntaskan tantangan tersebut.
Pada percobaan yang pertama, para
peserta belum berhasil menyelesaikan misi dari Traffic Jam.
Begitu juga dengan percobaan-percobaan berikutnya, mereka masih saja gagal.
Entah enggan atau bagaimana,
peserta terlambat menyadari mengapa kegagalan demi kegagalan menghampiri segala
upaya mereka. Sehingga ini berakibat pada kendornya semangat sebagian peserta
kala menuntaskan tantangan.
Satu per satu dari mereka mulai
menarik diri dari arena permainan menuju ke tempat duduknya. Jadi hanya tersisa
7 orang saja yang melanjutkan perjuangan di atas matras.
Jika mengamati isyarat tubuh
serta gerak bibir peserta yang berinteraksi memakai bahasa mandarin. Sedari
awal permainan hingga mundurnya beberapa peserta, terlihat jelas partisipasi dari
semua peserta
Salah satunya dengan cara menyumbang
ide ke sesama peserta terkait cara penyelesaian permainan Traffic Jam.
Semisal ide tentang kelompok mana
yang harus melangkah terlebih dahulu. Lalu berapa kali giliran kelompok A dan
kelompok B untuk menarik langkah, dan lain sebagainya.
Ada juga beberapa peserta yang secara
bersamaan berperan menjadi sosok pemimpin. Peran-perannya bervariasi, semisal memberikan
trik dan strategi kepada rekan-rekannya, meminta rekan lain yang ditunjuk untuk
segera melangkah maju, dan lain-lain.
Kondisi tersebut memang sengaja
dibiarkan terjadi, supaya membuat suasana pelatihan menjadi semakin dinamis siang
itu.
Sayangnya fakta di lokasi mengungkapkan
bahwa, peran serta peserta dalam permainan tersebut tak melewati sebuah proses
diskusi terlebih dahulu. Bahkan tak terlihat urun rembuk untuk mengevaluasi
kegagalan demi kegagalan yang mereka alami.
Baru pada 3 upaya terakhir, ketujuh
peserta yang tetap bertahan lambat laun mulai sadar betapa pentingnya sebuah diskusi
dan evaluasi dalam Traffic Jam. Dari
situ, peserta yang tersisa baru mampu menemukan sebuah solusi.
Tak lama kemudian, enam rekan
yang awalnya mundur dari arena permainan diajak bergabung kembali. Mereka semua
mengambil matras sembari mengatur posisinya. Lalu peserta masuk barisan sesuai kelompok
awal, sambil berdiri di atas matras, dan bergegas untuk memulai lagi permainan.
Lantas apa yang terjadi? Ada seorang
peserta yang keluar arena. Peserta ini keluar bukan untuk menarik diri
melainkan mendapat kepercayaan dari rekan-rekannya untuk memimpin dan
mengarahkan kedua belas rekannya.
Peserta lain tinggal percaya saja
dan mendengarkan petunjuk dari sang pemimpin. Dalam keheningan, mereka
melangkahkan kaki sesuai petunjuk. Alhasil tanpa memakan banyak waktu, peserta
pun sukses menyelesaikan misi game Traffic
Jam. Tentunya hal ini membuat mereka semua diliputi kebahagiaan luar biasa.
Kunci keberhasilan mereka sebenarnya
ada pada kejelian untuk mau mengamati dan mengevaluasi setiap kegagalan yang terus
peserta alami dalam permainan Traffic
Jam.
Ketika masing-masing peserta diberi
kesempatan berbagi cerita pasca berhasil menuntaskan Traffic Jam. Terungkap pula beberapa pelajaran berharga setelah mengikuti permainan itu.
Salah satunya yaitu pentingnya kerendahan
hati dalam diri seseorang. Mengingat tanpa sikap tersebut, seseorang bakal terkesan
angkuh dan egois. Lantaran belum mampu mempercayakan kesempatan pada orang lain.
Tentunya kesempatan yang dimaksud ialah kesempatan untuk ambil bagian dalam proses
mencapai suatu tujuan, demi sebuah kemenangan bersama. Terlepas orang tersebut
masih muda maupun sudah berusia senja.
Sampai pada titik ini, apakah
pembaca sudah bisa menemukan adanya impresi (efek atau pengaruh) dari Traffic Jam? Jika sudah, silakan
berhenti untuk membaca tulisan ini! Andaikata belum, yuk baca lagi tulisan ini
dari awal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar