Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Kamis, 20 Oktober 2022

AKSI SOSIAL ATAU AKSI KEMANUSIAAN

Saat ada bencana seperti saat ini ada banyak orang, baik secara pribadi maupun dalam kelompok melakukan aksi membagi-bagi barang. Mulai dari nasi, bahan makan, obat dan sebagainya. Hal ini sangat bagus, sebab orang disadarkan adanya sesamanya yang menderita. Orang mau terlibat dalam penderitaan sesamanya.

 

Tetapi tidak jarang tindakan ini menimbulkan masalah yang bila diolah (digoreng) oleh orang atau kelompok yang punya kepentingan besar akan menjadi masalah besar. Sudah sering saat pembagian barang atau uang ada korban yang terluka bahkan meninggal dunia akibat berdesak-desakan atau terinjak-injak. Ada pula kasus seperti yang baru saja menjadi banyak pembicaraan yaitu masalah nasi bungkus yang ada stempel nasi anjing.

 

Menurut saya tindakan membagi-bagi pada orang yang menderita, baik saat bencana maupun tidak ada bencana, dapat dibedakan dalam dua kategori besar yaitu atau aksi sosial atau aksi kemanusiaan. Aksi sosial dasarnya adalah ada orang ingin berbagi pada sesamanya terutama yang miskin. Akibatnya orang dapat saja berbagi yang tidak pantas. Misalnya saat diadakan pengumpulan pakaian bekas, maka ada banyak yang mengumpulkan bekas pakaian. Pakaian bekas adalah pakaian yang pernah dipakai oleh seseorang. Sedangkan bekas pakaian adalah dulu barang itu adalah pakaian tetapi sekarang sudah bukan pakaian lagi dalam bahasa Jawanya gombal amoh. Sosial dari kata socius yaitu persaudaraan. Maka tujuan aksi sosial adalah untuk membangun persaudaraan, meski tujuannya juga sering tidak tercapai.

 

Aksi kemanusiaan dasarnya adalah belas kasih terhadap sesama. Untuk memahami belas kasih yang paling mudah adalah dengan memposisikan diri kita pada posisi orang yang menderita. Seandainya kita malu memakai pakaian compang camping maka kita tidak akan memberikan pakaian seperti itu kepada orang lain. Tujuan aksi kemanusiaan adalah memulihkan martabat manusia. Misalnya dulu saat masih bersama anak jalanan saya beberapa kali bersama kawan-kawan melakukan hoyen yaitu mencari makanan yang sudah dibuang di tempat sampah oleh restoran siap saji. Saya kehilangan martabat saya sebagai manusia. Untuk itu jika saya ingin memulihkan martabat teman-teman maka saya harus memberi makanan yang layak dimana saya juga tidak merasa malu untuk memakannya.

 

Jadi dalam dua kegiatan yang baik itu ada perbedaan besar. Misalnya saat ini saya bersama dengan kawan-kawan dari komunitas Gusdurian muda, mendirikan posko untuk korban covid 19. Salah satu kegiatan adalah setiap siang kami menyediakan makanan untuk kaum yang membutuhkan. Sejak awal saya memutuskan menyediakan makanan dan setiap orang yang membutuhkan dapat mengambil sendiri seperti di rumah mereka. Keputusan ini menimbulkan berbagai kritikan. Ada yang mengatakan itu tidak hemat. Dapat menularkan virus. Akan ada yang banyak terbuang dan sebagainya. Usulan mereka adalah membuat nasi bungkus lalu dibagikan di tepi jalan. Tetapi saya tetap bertahan dengan prasmanan (istilah disini untuk mengambil sendiri) dari pada nasi bungkus, karena saya tetap ingin melakukan aksi kemanusiaan. Menurut saya orang lebih merasa terhormat saat makan mengambil sendiri dari pada menerima nasi bungkus yang dibagikan di tepi jalan. Saya juga meminta kawan-kawan agar saat orang yang membutuhkan makan datang, maka disambut, dipersilahkan dan diajak mengobrol. Mereka adalah tamu yang perlu dihormati. Bukan sekedar obyek belas kasih kita.

 

Seandainya aksi kemanusiaan dilakukan, bukan sekedar aksi sosial, maka tidak akan terjadi keributan seperti nasi anjing, orang terhimpit sampai meninggal dan aneka kasus lain. Dulu ada orang kaya yang menyebar uang pecahan Rp 5000 dari atas helikopter untuk melihat reaksi orang jika terjadi hujan uang. Tindakan itu jauh dari aksi kemanusiaan meski mungkin uang yang disebarkan mencapai puluhan juta. Kaum miskin adalah sesama kita yang semartabat maka perlakukan mereka sebagai manusia yang bermartabat. Bukan hanya sebagai penerima bingkisan.

 

Oleh : Rm. Yohanes Gani CM

Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No.119, Mei tahun 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar