Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...
Tampilkan postingan dengan label Caritas in Veritate. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Caritas in Veritate. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Oktober 2020

Berbicara tentang Lingkungan Hidup, bukan sekedar Penghijauan


Gereja Katolik mengakui alam semesta dianugerahkan Allah kepada manusia untuk dipelihara dan diolah. Inilah pondasi bagi etika lingkungan Gereja (bdk. Thompson, 2010, hlm. 157. KASG art. 473). Dalam ensiklik Caritas in Veritate, Paus Benediktus XVI mengingatkan,

“Manusia secara legitim mempunyai sebuah tanggung jawab mengelola alam, untuk dapat melindunginya, menikmati buahnya, dan mengembangkannya dalam cara-cara baru, dengan bantuan teknologi yang maju, sehingga alam dapat dengan layak mengakomodasi dan memberi makan populasi dunia. Di dunia ini terdapat ruang yang cukup untuk setiap orang: di sini seluruh keluarga besar umat manusia harus mendapatkan sumber daya [baginya] untuk hidup bermartabat, melalui bantuan alam itu sendiri – karunia Tuhan bagi anak-anakNya – dan melalui kerja keras dan kreativitas. Pada saat yang sama, kita harus mengenali tugas berat kita untuk menurunkan dunia ini kepada generasi-generasi yang akan datang di dalam kondisi bahwa mereka juga dapat dengan layak tinggal di dalamnya dan terus mengembangkannya.” (art. 50).

Kamis, 02 Februari 2017

KAMI TAK PERNAH DISAPA



Raut wajahnya tampak memucat. Tidak kelihatan kegembiraan terpancar, sepertinya dia sedang menahan rasa sakit di tubuhnya. Beberapa kali dia berusaha untuk mengubah posisi duduknya. Kadang kedua lututnya diangkat agar dapat meletakkan dagu di atasnya. Sesekali dia memandang ruangan rumahnya. Tampak tumpukan beberapa potong pakaian yang sobek dan mulai kumal di dua sudut rumah. Di tengahnya dipasang tiga kelambu yang digantungkan saja dengan tali. Tidak ada kasur di dalamnya, hanya potongan kardus, kain untuk membungkus badan pada saat tidur, dan sebuah bantal yang warnanya mulai tidak jelas. Agak ke tengah ada tungku api, dengan tumpukan sagu yang diletakkan di atas pelepah pohon sagu, sebuah tandan pisang dan beberapa tempat masak, piring, sendok dan gelas. Istrinya sedang duduk di antara tiga kelambu. Wajahnya terus membungkuk, sorot matanya memandang bayi kecil yang sedang dipangkunya. Wajahnya terus memandang bayi yang ada di gendongannya. Beberapa kali ia mengangkat wajahnya, namun sorot matanya selalu memandang keluar. Tampak kosong. Mungkin ia sedang memikirkan sesuatu? Sedangkan tiga orang anaknya yang lain duduk berdekatan denganku. Itulah keluarga Yakob, salah satu umat yang tinggal di paroki, tempat saya bertugas.