Waktu masih SD kelas IV suatu
sore aku dan dua adik diajak bapak ke pasar Blauran untuk membeli sepatu, sebab
sepatuku sudah robek besar dan tidak mungkin dijahit lagi. Dari rumah ke pasar
Blauran cukup jauh, tapi untuk menghemat pengeluaran maka kami jalan kaki
sekitar 3 atau 4 km. Bagiku jalan sejauh itu tidak masalah sebab hatiku senang
dapat sepatu baru. Sebuah sepatu merk Bata yang terbuat dari karet semuanya.
Dari toko sepatu itu sudah kupakai, akibatnya kaki jadi lecet. Mungkin bapak
melihatku jalan agak pincang, maka dia mengajak berhenti untuk beli es di
warung tepi jalan. Ketika kami sedang menikmati es campur, yang merupakan
sebuah kemewahan bagi kami, datang dua anak kecil membawa kotak semir sepatu.
Mereka dengan wajah memelas menawarkan jasanya. Bapak menolak, sebab semua
memakai sandal jepit dan sepatuku tidak mungkin di semir.