Olahraga identik dengan Senam, Sepak
bola, Volli dan kebanyakan olahraga yang pernah kita lihat di sekitar
kita. Namun kali ini Sanggar Merah Merdeka ingin mengadakan kegiatan
olahraga yang berbeda yaitu dalam bentuk permainan. Kegiatan Olahraga
bersama ini rutin diadakan pada Hari Minggu ketiga setiap bulannya.
Ide permainan ini memang agak
mendadak, inginnya membuat bentuk olahraga yang berbeda dengan biasanya.
Idenya berasal dari buku pinjaman teman, yaitu olahraga sambil bermain dan
penuh dengan nilai yang bisa dipelajari anak-anak. Pipa bekas sisa
bongkaran saluran air sudah ditangan dan tinggal melubanginya. Maunya dibor, tetapi
tidak juga ditemukan bornya. Akhirnya solder pun jadi. Pipa paralon satu demi
satu terlubangi. Karet dan plastik untuk menutupi salah satu ujung pipa,
dan kegiatan pun dapat dilaksanakan.
Anak-anak mulai berkumpul, mereka
membantu mempersiapkan ember dan timba. Setelah ember terisi air, kami
berkumpul kemudian menyepakati nama permainan ini adalah Pipa
Bocor. Permainannya adalah memindahkan air yang ada di ember kedalam timba
yang jauhnya kira-kira 50 meter dengan menggunakan pipa bocor itu. Bagaimana
caranya memindahkan air dengan pipa bocor itu? Itulah yang harus anak-anak
pikirkan, karena hanya boleh menutupi pipa bocor itu dengan jari.
Anak-anak sudah mulai menerka-nerka, menyusun strategi, dan permainan siap
dimulai. Anak-anak dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 9 anak yang terdiri dari perempuan dan laki-laki, kecil
maupun besar.
Awalnya anak-anak memang belum
terbiasa, masih takut untuk menjadi basah maupun kotor karena tanah
menjadi becek dan licin terkena ceceran air ketika mereka memindahkan air.
Namun akhirnya anak-anak mulai menikmati dan merasa tertantang. Mereka melihat
sebagian teman mereka dari kelompok lain rela berjatuh-jatuhan saat
memindahkan air demi mencapai tujuan kelompok mereka. Sorak-sorai
anak-anak lain yang memberi semangat semakin menyemarakkan suasana.
Yang membuat saya terkejut adalah
ketika anak-anak perempuan sibuk memindahkan air, anak -anak laki-laki
yang menunggu giliran main justru sibuk bermain lumpur/tanah yang
sudah menjadi becek. Anak-anak terlihat asyik bermain memanfaatkan
tanah lumpur. Ada yang membuat patung-patungan meski tanpa bentuk yang
pasti. Ada juga yang melumuri badan mereka dengan tanah, menggambari
wajah mereka seperti riasan tentara yang perang. Bahkan mereka tak
enggan tidur diatas tanah yang becek ketika mereka lelah bermain.
Yang membuat saya heran adalah
mereka terlihat menikmati, tertawa mereka pun lepas, bebas dan merasa
tanpa beban. Ternyata, bermain tidak harus mahal. Rasa bahagia dan
keceriaan anak-anak dapat mereka ciptakan sendiri sesuai dunianya.
Dan aku pun merasa terbawa dalam keceriaan mereka, seakan-akan
mengembalikan dunia masa kanak-kanakku.
Setelah permainan selesai,
anak-anak membersihkan diri dan berkumpul untuk melakukan evaluasi. Anak-anak
satu persatu mulai berbicara, kadang mereka yang kalah masih
menyalahkan temannya dan ada juga yang menyalahkan pendamping karena
lubang pipa satu dengan yang lainya tidak sama, dan masih banyak lagi alasan
yang diutarakan. Akhirnya aku pun menceritakan maksud dan tujuan permainan
ini, yaitu agar anak-anak dapat belajar bekerja sama dalam kelompoknya,
menyusun strategi dan menghilangkan rasa takut untuk kotor demi mencapai
tujuan.
Aku pun mulai berpikir, sebenarnya
anak-anak hanya perlu ruang untuk mengekspresikan dirinya untuk bermain. Lewat
bermain mereka belajar, dan mari kita ciptakan ruang-ruang untuk
mengembalikan anak pada dunia mereka. Dunia anak-anak adalah
dunia bermain.
oleh Heru Dadik Kusuma
dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi Juli No. 37
tahun 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar