Malam
itu aku masuk ke dalam kantor sekretariat yayasan dengan agak lemas dan
perasaan jengkel bercampur sesal. Dalam perjalanan tadi aku ditilang polisi!
Sial banget pikirku. Jengkel karena aku tidak tahu kalau aku telah melakukan
suatu pelanggaran. Ya sudahlah...anggap saja sebagai pembelajaran, demikian aku
berusaha menghibur diriku sendiri.
Sesampainya
di ruangan rapat, kulihat beberapa teman sudah duduk disana. Belum juga
melepaskan jaket dan meletakkan tas, seorang teman yang duduk di sebelah ujung meja
memanggilku untuk mendekat. Lalu dia menyerahkan sebuah paket untukku. Sebuah
paket dibungkus kertas kado bermotif warna warni lengkap dengan plastik
bertuliskan nama sebuah ekspedisi pengiriman. Katanya baru datang tadi siang.
Sambil
tertegun aku bertanya-tanya. Paket apaan ya? Kok bisa diserahkan padaku?
Teman-teman mengira aku memesan barang lewat online shop, tapi aku tidak pernah melakukannya. Kulihat lebih
seksama paket itu. Di bagian penerima tertera nama yayasan dan namaku.
Sedangkan di bagian pengirim tertera nama seseorang yang tidak kukenal dan
nomer HP yang dapat dihubungi. Siapa ya? Aku masih terheran-heran.
Jangan-jangan dapat bingkisan dari penggemar rahasia nih, pikirku... hahahahaha
(kegeeran nih ceritanya).
Setelah
duduk manis aku pun segera membuka paket itu. Ternyata isinya 4 buah baju bekas
layak pakai. Secepat kilat dalam pikiranku langsung terbersit kalau hal ini
pasti berkaitan dengan tulisanku yang berjudul Baju Bekas yang dimuat di blog
yayasan. Dalam tulisan itu aku menceritakan pengalamanku dan teman-teman
relawan saat membagikan baju bekas layak pakai sumbangan untuk anak-anak
dampingan sanggar kami.
Hatiku
tergerak untuk menghubungi pengirim paket tersebut (sebut saja “R”). Karenanya
keesokan harinya aku pun mengirimkan pesan singkat kepadanya. Kuucapkan terima
kasih atas kerelaan hatinya dan inisiatifnya untuk berbagi dengan sesama yang
membutuhkan. Aku juga memotivasinya untuk terus menjadi saluran kasih dan
berkat Allah di dunia ini. Dan ternyata memang benar dugaanku. Dia sudah
membaca tulisanku yang berjudul Baju Bekas di blog yayasan.
Yang
dilakukan oleh “R” memang sederhana. Baju yang dikirimkannya pun tidak banyak.
Jika dilihat secara kasat mata mungkin kita bisa saja berkomentar, “Ahh itu kan
hanya baju bekas”. Namun aku melihat ada hal lain yang tersembunyi di balik
itu. Aku melihat bahwa “R” sudah membuka hatinya atau peka terhadap
sapaan/panggilan/ajakan dari Allah dan mau menanggapinya melalui perbuatan
nyata. Bukankah Allah berbicara kepada kita melalui berbagai cara dalam hidup
ini? Melalui hal-hal sederhana sampai yang luar biasa Melalui sesama kita,
melalui kejadian-kejadian di sekeliling kita, bahkan juga melalui
tulisan-tulisan di berbagai media.
Melalui
tulisan Baju Bekas di blog yayasan, “R” menangkap pesan terselubung bahwa masih
banyak sesama kita yang membutuhkan uluran kasih kita. Bukankah sebagai makhluk
sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan akan selalu saling membutuhkan?
Kita dapat membantu mereka dengan berbagi berbagai hal yang kita miliki. Tidak
harus muluk-muluk. Kita sudah banyak memperoleh kasih karunia dan berkat dari
Allah secara cuma-cuma, maka hendaknya kita meneruskan kasih dan berkat itu
untuk sesama secara cuma-cuma pula. Pekerjaan, kesehatan, rejeki, dan masih
banyak lagi lainnya yang kita miliki semuanya adalah pemberian dari Allah.
Akhirnya “R” pun menanggapi sapaan/panggilan/ajakan Allah yang terselubung itu
dengan menyumbangkan baju-baju tersebut dengan harapan bisa berguna untuk
membantu sesama yang membutuhkannya. Apa yang dilakukan “R” adalah salah satu
contoh yang dapat kita lakukan untuk menanggapi ajakan Allah. Allah menghendaki
kita untuk saling mengasihi.
Marilah
kita bersama-sama belajar untuk selalu membuka hati dan mengasah kepekaan kita
akan sapaan/panggilan/ajakan Allah. Melalui hal-hal kecil dalam hidup seperti
keluh kesah tetangga yang kesulitan keuangan, mungkin kita sedang
‘diminta/dipanggil/diajak’ oleh Allah untuk menolongnya dengan meminjamkan
uang. Melalui broadcast BBM tentang bantuan sumbangan darah atau dana untuk
seseorang yang sedang sakit, mungkin kita sedang ‘diminta/dipanggil/diajak’
oleh Allah untuk menyumbangkan darah atau dana untuk orang tersebut. Melalui
berita di media cetak/elektronik/sosial mengenai penggalangan dana atau relawan
untuk suatu musibah, mungkin kita sedang ‘diminta/dipanggil/diajak’ oleh Allah
untuk menyumbangkan materi atau tenaga kita untuk mereka yang terkena musibah.
Dari ajakan teman untuk terlibat dalam suatu karya sosial atau pelayanan,
mungkin kita sedang ‘diminta/dipanggil/diajak’ oleh Allah untuk melayaniNya.
Begitu
banyak cara yang dipakai oleh Allah untuk meminta/memanggil/mengajak kita untuk
melayaniNya yang hadir tersamar dalam diri sesama kita, terutama yang miskin
dan menderita. Maukah kita menanggapinya?
**Surabaya,
28 Agustus 2014**
Lea Benedikta Luciele
Dimuat dalam buletin Fides et
Actio edisi September No.51 thn 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar