Tahun 2014 telah
berlalu. Banyak peristiwa-peristiwa sosial cukup fenomenal yang dikumpulkan divisi
Pusat Pengembangan Sosial (PPS) untuk majalah dinding (mading) selama tahun
2014 yang terjadi di negara kita. Mungkin diantara peristiwa tersebut telah
menyedot perhatian kita sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial.
Peristiwa sosial
yang melibatkan anak-anak cukup mewarnai tahun 2014. Beberapa peristiwa yang
cukup menyedot perhatian banyak kalangan seperti seorang anak bernama Iqbal
yang menjadi korban penganiayaan dan penculikan yang dilakukan oleh teman
laki-laki ibunya. Peristiwa tersebut menjadi perhatian banyak kalangan mulai
dari masyarakat biasa, aktivis, artis hingga pejabat negara. Bahkan beberapa
politikus terkesan beradu cepat untuk merespon kasus-kasus tersebut dengan cara
mereka masing-masing.
Peristiwa sosial
fenomenal yang terjadi pada tahun 2014 tidak semuanya membuat kita selalu
terbawa oleh perasaan kasihan dan ngeri dengan apa yang mereka alami namun juga
ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita sadar bahwa orang miskin juga
mempunyai sebuah kekuatan untuk menjadikan kita lebih berani menjalani hidup
dan peduli terhadap sesama. Seperti yang dilakukan oleh seorang bocah perempuan
berusia 8 tahun bernama Siti Aisyah di kota Medan, yang hidup di atas becak
selama bertahun-tahun merawat ayahnya yang sakit keras tanpa pernah mengeluh
kepada orang lain. Di kota yang sama juga seorang anak yang menderita kanker
getah bening harus bekerja menjadi seorang semir sepatu untuk biaya berobat
walau uang yang dia dapat tidak pernah terkumpul karena untuk kebutuhan hidup
sehari.
Hiruk pikuk dunia
perburuhan pun mewarnai tahun 2014. Save Satinah membuka tahun 2014 dan juga
telah menyedot perhatian semua kalangan bahkan sempat timbul gerakan
mengumpulkan koin untuk menyelamatkan Satinah Binti Jumadi dari tiang gantung
di penjara Arab Saudi. Beberapa kasus lain tentang buruh migran diantaranya
seorang calon buruh migran dari NTT yang kabur dari penampungan di Bekasi serta seorang buruh migran perempuan
yang baru bekerja 2 bulan di Singapura pulang dengan kondisi kakinya patah
karena perlakuan majikan. Yang tidak kalah heboh adalah kasus seorang buruh
migran perempuan bernama Erwiana yang bekerja di Hongkong, yang diduga mendapat
siksaan oleh majikannya. Kasus ini bukan hanya menyita perhatian dalam negeri tetapi
juga dunia internasional. Bahkan Erwiana oleh majalah TIME dianggap sebagai 100
orang yang berpengaruh karena dianggap telah mengkampanyekan perlindungan yang
lebih baik untuk orang-orang seperti dirinya yang bekerja sebagai pekerja rumah
tangga di Hongkong.
Untuk buruh dalam
negeri sendiri seperti sebuah ritual tahunan. Mereka masih harus menuntut
perbaikan nasib dengan berdemo meminta kenaikan upah serta penolakan terhadap sistem
pengupahan yang di rencanakan pemerintah. Respons serikat buruh dalam
menghadapi pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) juga turut mewarnai perjalanan tahun 2014. Dalam sebuah media digital
“Harian Rakyat Merdeka”, serikat buruh mengkawatirkan pemberlakuan MEA akan
menurunkan daya saing buruh dan pekerja Indonesia karena buruh dan perkerja
Indonesia masih indentik dengan kemiskinan
Di dunia pendidikan
masih seperti tahun-tahun sebelumnya dimana UNAS masih menjadi pro dan kontra
antara DIKNAS dengan aktivis pendidikan tentang perlu atau tidaknya UNAS
dilaksanakan. Di sisi lain yang memprihatinkan adalah maraknya bullying yang terjadi di dunia
pendidikan kita. Seperti yang terjadi pada seorang anak SD kelas V di Jakarta
Timur yang meninggal dunia akibat dianiaya oleh kakak kelasnya hanya karena
bersenggolan. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah terjadi 19
kasus bullying yang terjadi di
sekolah sejak Januari sampai Maret 2014.
Sementara itu
kemiskinan di negara kita masih menjadi PR besar buat pemerintah dan kita semua,
beberapa artikel peristiwa sosial fenomenal yang dihimpun PPS seperti seorang
nenek yang hidup miskin dengan menderita benjolan di kepala serta seorang ibu bernama
Giyem hanya untuk makan saja dia harus mencari bangkai ayam serta merawat
anaknya yang sakit jiwa bahkan ada seorang bayi dari keluarga miskin meninggal
karena mengalami gizi buruk di daerah Bekasi.
Kondisi alam juga
menjadi perhatian tersendiri di tahun 2014 seperti meletusnya gunung Sinabung
dan gunung Kelud. Gunung Sinabung sendiri banyak menelan korban jiwa serta gunung
Kelud juga meluluhlantakkan harta benda walau minim korban jiwa. Para relawan
dengan didasari solidaritas kepada korban bencana alam pun berjibaku untuk
meringankan penderitaan korban bencana alam.
Kondisi sosial yang
terjadi pada tahun 2014 bagi beberapa kalangan menjadi sebuah lahan untuk
mencari atau mendapatkan simpati dari orang lain bahkan seakan menjadi dari
tarik berita bagi sebagian media tertentu. Hal ini terlihat dari respons
beberapa politikus yang mencoba memanfaatkan peristiwa tersebut untuk merebut
simpati dan kebetulan tahun 2014 juga merupakan tahun dimana banyak partai
politik bertarung untuk memperebutkan kursi di parlemen. Media pun sepertinya
juga tidak mau ketinggalan untuk mengekspos kondisi tersebut. Tetapi juga harus
disadari bahwa dengan adanya ekspos dari media, beberapa gerakan masyarakat bermunculan
yang didasari oleh rasa kepedulian akibat pemberitaan dari media seperti pada
kasus Satinah dan Iqbal.
Semoga kilas balik
peristiwa sosial fenomenal dari hasil kliping PPS selama tahun 2014 dapat
dijadikan bahan renungan serta semakin menambah wawasan kita dan menjadikan kita
lebih kritis dalam menyikapi peristiwa sosial yang terjadi dalam karya-karya
kita.
Oleh : Andri Prapto
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi No.55
Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar