Selama
sebulan ini saya dan teman-teman melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
sebuah sanggar yang bernama Sanggar Merah Merdeka di Jl.Bendul Merisi Permai
B-23. Saya dan teman-teman memilih “Menemukan Citra Allah Dalam Diri Anak-Anak”
sebagai judul PKL kami. Saat pertama berkunjung ke sanggar saya bertemu dengan
pengurus sanggar yang bernama Mas Heru. Ia menjadwalkan bahwa kelompok saya
yang berjumlah delapan orang akan dibagi menjadi dua kelompok agar dalam
mendampingi anak-anak dapat menjadi lebih intensif.
Pertama kali
saya melakukan perkenalan dengan anak-anak di Tales, terasa sangat melelahkan
karena anak-anak disana tidak mau diatur dan berlari kesana kemari. Saya
bingung bagaimana harus memulai perkenalan dengan jumlah anak yang sangat
banyak dan tidak dapat diatur. Akhirnya perlahan saya mendatangi satu per satu
anak-anak sanggar itu dan mereka pun mau berkenalan. Pada hari itu saya dan
teman-teman tidak membuat sebuah kegiatan karena rencana saya dan teman-teman
hari itu adalah hari perkenalan untuk saya, teman-teman, dan anak-anak sanggar.
Saya merasa PKL ini sangat membantu mahasiswa khususnya saya sendiri untuk
lebih mengembangkan nilai peduli dalam diri saya sendiri. Dengan peduli kepada
anak-anak sanggar yang dapat dikatakan kurang beruntung daripada saya, saya
dapat lebih merasa bersyukur dengan apa yang saya punyai.
Pada hari
kedua PKL saya dan teman-teman sudah mulai membuat kegiatan yaitu menempelkan
sedotan sesuai dengan gambar yang ada. Anak-anak terlihat sangat antusias dalam
mengerjakan kegiatan yang saya buat. Mereka dengan senang mengerjakan kegiatan
yang menurut saya, jika saya seusia mereka saya akan mengatakan itu adalah
sebuah kegiatan yang membosankan. Saya belajar dari anak-anak bahwa kita harus
mencintai apa yang kita kerjakan. Mereka juga meminta saya dan teman-teman
untuk terus datang membuat kegiatan di sanggar mereka. Saya merasa sangat
diterima di lingkungan mereka.
Pada hari
ketiga PKL di Tales, saya dan teman-teman kembali membuat kegiatan yaitu
membuat papercraft. Menurut saya
untuk seusia mereka, papercraft
adalah sebuah kegiatan yang sukar karena harus menggunakan logika yang lumayan
tinggi. Namun anak-anak di Tales tetap mau mengerjakannya bahkan hingga
selesai. Meskipun dengan bantuan saya dan teman-teman mereka tetap senang
mengerjakan papercraft itu. Bahkan
ada yang meminta bahan yang belum jadi karena mereka ingin membuat lagi
dirumah.
Selain
kegiatan sanggar yang menggunakan keterampilan tangan, saya dan teman-teman
juga membuat kegiatan seperti olahraga, yaitu basket corong. Namun sayangnya
saat saya dan teman-teman memainkan basket corong bersama mereka, terjadi
pertengkaran antara kelompok satu dengan yang lainnya karena salah satu dari
anak sanggar menganggap bahwa lawan main mereka bermain curang, sehingga
permainan pun dihentikan untuk menghindari adanya kejadian yang tidak
diinginkan. Anak-anak sanggar memang susah diatur sehingga saya dan teman-teman
membutuhkan kesabaran yang ekstra untuk membimbing mereka. Tetapi walaupun saya
lelah dengan sukarnya mengatur mereka saya tidak boleh menyerah karena harus
menjalankan komitmen saya untuk bisa menjalankan PKL selama sebulan di sanggar
itu.
Walaupun
mereka anak-anak yang nakal, tetapi banyak hal yang saya temukan dalam diri
mereka bahwa dengan hidup yang biasa-biasa saja, mereka dapat menghargai hidup
mereka, mereka dapat tetap merasakan bahagia yang saya rasakan tanpa banyaknya
materi. Padahal banyak orang saat ini merasa kebahagiaan itu dapat dirasakan
saat kita memiliki harta yang banyak. Saat hari terakhir saya dan teman-teman
PKL di sanggar, tiba-tiba saya merasa bahwa saya akan merindukan saat-saat saya
bersama mereka. Suatu ketika, seorang anak bernama Nabil yang merupakan
satu-satunya anak yang mengingat nama saya berkata “Kak, sampai tahun depan disini
terus ya kak!”. Hati saya langsung tersentuh saat saya mengingat bahwa sebentar
lagi PKL ini akan sudah selesai.
PKL ini
benar-benar memberikan saya pengalaman dan nilai hidup baru dimana citra Allah
dapat ditemukan di dalam hidup semua orang, diri kita sendiri, teman-teman yang
bersama kita, bahkan dari orang lain yang baru saja kita kenal. Karena Allah
itu sendiri hadir dalam kehidupan manusia dimana saja. Saya juga belajar
bagaimana bersabar menghadapi anak-anak yang nakal dengan kelemahlembutan yang
diturunkan oleh Allah sendiri kepada manusia.
Oleh : Redempta Elva Callista
(Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya)
dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi no.57, Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar