Tadi ada beberapa teman yang merencanakan bulan Desember nanti
akan berziarah ke Israel untuk merayakan Natal disana. Mereka menawariku apakah
bersedia untuk ikut bersama rombongan mereka. Aku katakan tidak mungkin Natalan
aku pergi, sebab harus ke stasi-stasi. Natal dan Paskah adalah moment dimana
umat stasi-stasi banyak yang berkumpul untuk merayakan misa bersama keluarga.
Mendengar ada orang yang mengajak ke Israel untuk berziarah aku
menjadi teringat seseorang yang kupanggil Markonah. Aku sendiri tidak tahu
siapa nama aslinya. Aku juga memperkenalkan dia pada teman-temanku dengan nama
Markonah. Dia hanya cemberut bila aku panggil Markonah dan kuperkenalkan
sebagai Markonah.
Perkenalanku dengan Markonah dimulai dengan telepon. Suatu siang
ada orang telpon ingin bertemu denganku. Aku janjikan sore saja, sebab siang
itu aku masih berkumpul bersama teman-teman warga stren kali Jagir, Wonokromo.
Akhirnya sekitar jam 18.30 datang seorang perempuan berpenampilan rapi. Aku
baru pertama kali itu melihatnya, sebab dia bukan umat dari paroki tempatku
berada. Dia lalu mengajak makan. Kupikir kebetulan sebab sejak siang aku belum
makan. Maka kami makan di sebuah warung tidak jauh dari gereja.
Dia lalu menyampaikan maksudnya untuk mengadakan ziarah ke Israel
dan menawari apakah aku mau ikut bersama rombongannya atau tidak. Aku tanya apa
tujuan ziarah? Dia mengatakan ingin imannya semakin kuat. Mendengar alasan itu
aku tersenyum. Dia jadi tersinggung. Akhirnya kami diskusi lebih tepatnya
eyel-eyelan cukup rame sambil makan. Bagiku makan lebih penting sebab perutku
sangat lapar.
Aku katakan bahwa kita bukan orang Yahudi sehingga tidak perlu
ziarah ke Yerusalem segala. Pada jaman dulu orang Yahudi dalam setahun wajib 3
kali mengunjungi Yerusalem yaitu pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari
raya Tujuh Minggu, dan pada hari raya Pondok Daun" (Ul
16:16; bd. Ul
16:2,6,11,15). Maria dan
Yosef pun mengajak Yesus saat masih kanak-kanak ke Yerusalem. Ternyata pada
saat pulang Yesus berdebat melawan para ahli kitab sehingga Maria dan Yosef
setelah dua hari perjalanan baru sadar bila Yesus tidak ada dalam rombongan
mereka. Yesus ternyata mbeling juga waktu kecil.
Salomo membangun bait Allah di Yerusalem dan dipercaya Allah
memerintah umatNya dari Yerusalem maka orang Yahudi pun kalau berdoa harus
berkiblat ke Yerusalem (bdk 1Raj 8:44). Aku mengatakan pada Markonah bahwa kita
bukan orang Yahudi maka kalau doa juga tidak perlu berkiblat ke Yerusalem.
Markonah masih ngotot. Menurutnya kalau bisa seharusnya kita paling tidak
sekali dalam seumur hidup ziarah ke Yerusalem. Markonah berpendapat bahwa ke
Yerusalem untuk berdoa. Aku berpendapat bahwa Yesus sendiri sudah pernah
mengatakan kepada perempuan Samaria yang bertemu di dekat sumur bahwa orang
tidak akan lagi menyembah Allah di gunung atau di Yerusalem tetapi dalam Roh
dan kebenaran (Yoh 4:21-24).
Selain itu bagiku bila orang berziarah ke Yerusalem maka hanya
akan menguntungkan orang Yahudi saja. Mereka tidak perlu promosi sudah akan ada
banyak turis yang berkunjung kesana. Dimana ada orang berkumpul pasti akan
terbangun pasar. Jika ada pasar maka akan ada perputaran uang. Praktek jaman
dulu lebih mengerikan lagi, sehingga Yesus pun mengobrak abrik para penjual di
bait Allah. Karena pada saat itu orang harus mempersembahkan hewan kurban.
Hewan dibeli di halaman bait Allah dimana harganya sudah naik beberapa kali
lipat. Ada kerja sama antara pedagang dan kaum agamawan. Yesus marah melihat itu,
sebab itu merugikan masyarakat.
Markonah tidak mau menyerah. Dia lalu menggunakan argumen untuk
semakin dekat dengan Allah. Aku katakan bahwa setiap kita mengikuti misa maka
kita menyatu dengan Allah. Allah masuk dalam diri kita melalui tubuh Kristus
yang kita terima. Markonah tidak menyerah. Dia mengatakan bukan Allah yang
seperti itu. Aku bertanya pada Markonah dimana Yesus berada? Dia mengatakan
Yesus berada di dalam diri saudara-saudara kita yang miskin dan tertindas. Aku
katakan baik. Mari kita menemui Yesus.
Akhirnya kami janjian lagi untuk bertemu besok siang. Besok siang
kami bertemu lagi. Lalu dia kuajak ke Jagir. Aku katakan disini berkumpul
gelandangan, pengemis, PSK kelas teri, pengamen dan sebagainya. Inilah Yesus
yang hidup. Dengan agak jijik Markonah berjalan melalui jalan sempit lalu masuk
ke rumah warga. Aku tersenyum melihatnya kebingungan saat seorang warga memberi
segelas teh manis. Aku tahu dia tidak mampu meminum teh itu, maka aku
meminumnya. Mumpung sedang haus. Dia tanya apakah aku tidak takut sakit? Aku
katakan kalau kita punya iman maka racun pun tidak akan mampu membunuh kita.
Setelah berkunjung ke tempat teman-teman di Jagir, rumah singgah
dan terakhir kuajak ke Kampung Ilmu tempat pedagang buku bekas, Markonah mulai
berpikir lain. Dia memutuskan tidak akan ziarah. Uang untuk ziarah akan
disumbangkan ke masyarakat Jagir. Aku katakan bahwa dia sudah kuajak berziarah
dan bertemu dengan Tuhan yang ada dalam orang miskin. Aku katakan padanya bahwa
aku mengenal Tuhan bukan dari pelajaran Kitab Suci melainkan selama bergaul
dengan kaum miskin dan tertindas. Setiap pergulatan yang kualami kurefleksikan
dalam terang iman dan bertanya-tanya tentang Tuhan.
Markonah terprovokasi maka dia pun mulai mendekatkan diri pada
kaum miskin. Tapi sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu lagi dengannya. Aku
tidak tahu sekarang dia berada dimana dan apa yang dilakukannya. Apakah masih
terus berusaha mencari Tuhan dalam pelayanan pada kaum miskin atau sudah
kembali ke pola hidup sebelumnya. Malam ini aku jadi teringat dia lagi sebab
ada teman yang mengajak ziarah ke Yerusalem.
Oleh : Rm. Gani Sukarsono CM
Dimuat dalam buletin Fides Et
Actio edisi No.77, November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar