Biasanya pada saat Paskah pada umumnya Gereja mengadakan bakti
sosial. Jauh-jauh hari panitia Paskah sudah membuat proposal dan membagikan
kepada para donatur bahkan mencari donatur dari luar paroki. Panitia sudah
membuat bahan apa saja yang akan dibagikan dan mendata siapa saja yang akan
diberi bantuan. Bahkan ada pula kelompok umat yang mencari daerah-daerah yang
jauh dari luar paroki untuk diberi sumbangan.
Apa yang dilakukan itu baik. Menurut Segundo Galileo (1928-2010)
seorang imam dari Chili perbuatan amal itu adalah sebagai perwujudan dari karya
kasih. Dia berpendapat bahwa karya kasih itu memiliki dua dimensi. Pertama
adalah seperti kasih Allah yang hendak menyelamatkan manusia dari dosa. Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Dia tidak hanya melakukan semacam
bakti sosial dengan memberi makan orang atau mengadakan penyembuhan seperti
pengobatan gratis. Yesus datang untuk menyerukan pertobatan. Dosa yang paling
banyak dilakukan oleh orang-orang sampai saat ini adalah keserakahan atau memusatkan
semuanya pada diri sendiri. Akibatnya orang mengabaikan orang lain terutama
yang miskin dan tertindas. Maka Yesus memuji Zakheus sebab pertobatannya
membuka mata hatinya untuk lebih peduli pada orang lain dan kesadaran bahwa
selama ini dia sudah bertindak tidak adil dan menindas sesama.
Kedua, rekonsiliasi dengan Allah dan manusia. Rekonsiliasi tidak
mungkin hanya terpusat pada Allah melainkan juga pada sesama. Seperti Zakheus
yang melakukan rekonsiliasi penuh. Rekonsiliasi adalah membangun hubungan
secara baru. Hubungan yang didasarkan pada kasih, bukan demi kepentingan atau
kewajiban. Jika kita berdoa atau mengikuti perayaan sakramen atau berpuasa
bukan karena melaksanakan kewajiban melainkan karena cinta pada Allah. Demikian
pula bila kita berhubungan dengan sesama dasarnya adalah kasih bukan karena ada
kepentingan tersembunyi. Kasih yang ingin membahagiakan sesama dengan
melepaskan mereka dari penindasan dan penderitaan.
Maka bakti sosial adalah perwujudan atas kesadaran bahwa selama
ini kita kurang peduli pada sesama, sehingga seperti Zakheus kita membagikan
apa yang selama ini tidak kita bagikan pada sesama. Maka aneh bila akan bakti
sosial lalu membuat proposal untuk penggalangan dana. Jika demikian kita belum
melakukan karya kasih. Selain itu tujuan bakti sosial bukanlah sekedar berbagi
sembako melainkan membangun hubungan secara baru dengan sesama. Maka terasa
kurang tepat jika kita membangun hubungan secara baru dengan orang yang tidak
kita kenal sama sekali. Orang yang tidak pernah bertemu sama sekali. Bakti
sosial dilakukan pada orang di sekitar kita yang selama ini telah kita abaikan.
Pernah ada orang yang tinggal di kompleks perumahan mewah bertanya bahwa di
sekitarnya tidak ada orang miskin. Aku rasa pernyataan ini aneh. Bukankah dia mempunyai
pembantu, supir, langganan roti, langganan sayur dan sebagainya. Apakah selama
ini sudah bertindak adil, penuh kasih dan menghargai mereka sebagai sesama
manusia? Ada banyak orang di sekitar kita yang selama ini tidak kita perlakukan
secara adil bahkan kita tindas. Merekalah yang seharusnya diperlakukan secara
baru. Tetapi kalau ada pendapat yang lain ya silahkan saja. Mau bagi-bagi
sembako ke daerah yang jauh ya silahkan meski jika dihitung ongkos transport,
makan, akomodasi lain jika diuangkan akan cukup untuk membeli sembako yang
lebih banyak lagi. Hanya pertanyaannya apakah tujuan kita melakukan aktivitas
itu?
Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat dalam buletin Fides Et
Actio edisi No.85, Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar