Di tengah terik matahari menyengat di
atas ubun-ubun, kakek penjual es krim asal Sukoharjo, Jawa Tengah mendorong
grobak es melintasi jalan di belakang BCA Darmo, Surabaya, Jawa Timur.
Ia menghampiri pekerja kantoran yang
sedang beristirahat makan siang di sela-sela gedung bertingkat. Panas yang
begitu menyengat membuat orang yang istirahat kerja dan orang yang sedang
melintas di jalan membeli es yang dihargai satu porsi 5 ribu.
Saya pun tak luput membeli es sambil
ngobrol dengan kakek yang sudah punya lima cucu ini.
Kakek yang sudah tua renta mengatakan
bahwa ia sudah jualan es sejak tahun 70 an. “Sekarang kira-kira sudah 40 tahun
lebih saya jualan,” ungkapnya.
“Saya jualan es tidak pernah pindah
kemana-mana selain di daerah sekitar BCA Darmo dan daerah kampus WM Dinoyo,”
imbuhnya.
Untuk kebutuhan jual es ia harus
menyiapkan sendiri karena keluarga semua tinggal di Jawa Tengah. Dia harus
bangun pagi sekali belanja dan membuat bahan es krim.
Sebagai penjual es di jalan, musim panas
dan hujan ia hadapi dengan sabar dan suka cita. Sengatan sinar matahari dan
dinginnya hujan menjadi teman setia saat berjualan. “Musim panas adalah musim
yang membuat saya bahagia karena orang akan banyak memborong es kirim,”
terangnya.
Saya kagum dan takjub melihat kakek ini
karena saya jarang menjumpai seseorang yang setia dengan pekerjaannya hingga
usia tua walaupun hasilnya tak seberapa. Selain tak ada pilihan lain, kesetiaan
pada sebuah pekerjaan kadang perlu dilakukan seperti yang kakek ini lakukan.
Semoga kita yang masih muda tetap terus
bekerja meneladani kerja keras kakek ini. Tak pernah berharap belas kasihan
orang lain, mengemis dan mengharap derma.
Oleh
: Mahrawi
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No. 96
bulan Juni 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar