Man For Others atau manusia
untuk orang lain. Adalah moto dari siswa-siswi yang tergabung dalam Kaderisasi
Siswa Katolik (KSK) Yayasan Lazaris Surabaya.
Beberapa waktu
lalu, tepatnya 14-17 Juni, sebanyak 75 remaja berusia 15 hingga 17 tahun
mengikuti salah satu program pembinaan kader siswa bertajuk Pastoral Care.
Acara ini
berlangsung di wilayah Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur. Para kader siswa
diberikan kesempatan untuk hidup bersama warga setempat yang telah ditentukan
sebelumnya. Ada 4 dusun di Kecamatan Puncu yang menjadi
lokasi kader untuk menetap yakni Dusun Dampit, Dusun Kepung, Dusun Sumbersuko,
dan Dusun Sukomoro.
Dusun Dampit
menjadi dusun yang paling banyak mewadahi kader siswa untuk belajar nilai-nilai
kehidupan. Terdapat 45 kader siswa di dusun ini. Dari jumlah tersebut mereka
dibagi dalam 3 wilayah yakni wilayah tengah, utara, barat.
Berikutnya ada
Dusun Kepung yang paling sedikit menerima kader siswa. Dusun ini hanya
mendapatkan 5 kader untuk ikut tinggal di dua rumah umat yang telah ditetapkan.
Untuk dua dusun lainnya, sebanyak 9 kader hidup bersama beberapa keluarga di Dusun
Sumbersuko, sedangkan 16 siswa sisanya tinggal di wilayah Dusun Sukomoro.
Untuk komposisi
siswa yang tinggal di rumah-rumah umat sebagian besar mendapat jatah 2 orang,
lalu beberapa keluarga lainnya mendapatkan bagian 3 kader siswa dalam satu
rumah.
Dalam praktiknya,
para kader tidak sekedar menumpang hidup dengan keluarga tempat mereka singgah.
Mereka juga harus ambil bagian dalam aneka aktivitas di keluarga tempat mereka tinggal.
Semisal, jika keluarga yang diikuti berprofesi sebagai peternak hewan, maka
kader harus turut serta dalam kegiatan keluarga tersebut. Bisa membantu mencari
pakan untuk ternak, atau hal lain yang berhubungan dengan profesi tersebut.
Dalam menjalani
Pastoral Care, kader juga diajak untuk belajar membuat perencanaan dan evaluasi
dalam setiap aktivitasnya. Mereka mesti melakukan kunjungan ke rumah-rumah umat
yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Target kunjungan harus sesuai dengan
hasil perencanaan yang telah mereka sepakati setiap pagi di titik kumpul masing-masing
dusun. Selepas itu, dari hasil kunjungan mereka harus mengevaluasi aktivitas yang
telah mereka kerjakan.
Ketika kunjungan,
para kader tidak sekedar hanya datang untuk bertamu. Tetapi wajib untuk
berinteraksi dengan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan saat itu. Karena
dari interaksi tersebut para kader dapat menemukan berbagai informasi tentang keadaan
warga sekitar. Baik info tentang budaya lokal masyarakatnya, kehidupan pribadi
keluarga-keluarga yang dikunjungi, dan lain sebagainya.
Tak lupa pula
dalam setiap kunjungan dan aktivitasnya dengan warga, para kader wajib
menangkap aneka fakta sosial yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal.
Fakta sosial yang dimaksudkan salah satunya ialah fakta yang terjadi di
masyarakat sekitar. Seperti halnya pola perilaku masyarakat dalam menjalin
relasi sosial antar sesama.
Contoh
konkretnya adalah kerukunan antar warga. Masyarakat di sana walau memiliki latar
belakang berbeda seperti perbedaan keyakinan, selalu berusaha saling menyapa
antara satu dengan yang lain.
Nantinya berbagai
macam aneka fakta sosial yang kader temukan diharapkan mampu menjadi bekal
sosial dan mengasah kepekaan mereka terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya
kelak.
Pada hari
terakhir, para kader berkumpul di gedung baru yang letaknya berada di belakang
gereja Dusun Sumbersuko, Kec. Puncu, Kediri, Jawa Timur. Mereka diajak untuk
merefleksikan dan membagikan pengalaman-pengalaman bernilai selama tinggal
bersama warga di dalam kelompok yang telah dibentuk.
Setelah itu masing-masing
kelompok diminta mengutus 2 perwakilan untuk maju ke depan panggung
mempresentasikan hasil sharing dari kelompoknya.
Usai presentasi
para kader bersiap-siap untuk mengikuti perayaan ekaristi. Perayaan ini
sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan Pastoral Care di Kecamatan Puncu,
Kediri, Jawa Timur. Seusai perayaan ekaristi, makan siang bersama serta foto
bareng menjadi agenda terakhir para kader. Lepas dari itu, dengan mengendarai 2
bus pariwisata mereka bergegas kembali ke kota Surabaya.
Semoga
pengalaman hidup berdampingan langsung dengan sebagian warga Kecamatan Puncu,
Kediri, Jawa Timur, para kader mampu berevolusi menjadi Trully Human For
Others di kehidupan mendatang.
Oleh : Agus Eko Kristanto (PPS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar