Inilah
cerita dan kisahku ketika hadir di tengah anak-anak yang membutuhan
persahabatan dan pertemanan. Mereka adalah anak-anak yang tidak hanya sebagai
obyek tetapi menjadi subyek yang hadir sebagai pribadi yang utuh seperti
orang-orang dewasa. Maka kehadiran saya di tengah anak-anak adalah kesempatan
bagi saya untuk bisa belajar tentang banyak hal. Anak-anak telah memberi kepada
saya ilmu yang berharga nilainya dan nilai tersebut akan menjadi nilai yang
abadi untuk selamanya dalam hidup saya. Pikiran, perkatan dan tindakan mereka
sepatutnya harus kita hargai dan bukan kita abaikan.
Tahun
2005 menjadi tahun di mana saya mulai bergabung bersama sebuah komunitas sosial.
Pribadi saya memang sangat tertarik dengan dunia anak sehingga langsung
bergabung di komunitas anak. Di awalnya saya masih bingung karena harus
melakukan apa dan harus memulainya dari mana, tetapi berproses bersama menjadi
bagian pembelajaran yang sangat berarti dan berharga bagi saya. Saya harus
banyak belajar tentang bagimana dinamika sebuah gerakan sosial. Perlahan saya
mulai memahami tentang arti dan makna sebuah gerakan sosial. Sebuah gerakan sosial
membutuhkan banyak pengorbanan dan seluruh yang kita miliki bahkan menjadi
milik bersama. Kemampuan dan kelebihan yang kita punyai akan kita sumbangkan
untuk kepentingan bersama.
Dunia
sosial tidak memberikan kesempatan kepada orang perorangan untuk mengumpulkan
materi dan lain sebagainya tetapi malah sebaliknya harta benda dan lain
sebagainya yang dimiliki seseorang tidak pernah diakui sebagai milik pribadi.
Dunia sosial juga tidak pernah membuat orang menjadi kaya dan dan mungkin
kesempatan untuk melarat itu pasti selalu ada.
Namun,
kita jangan kuatir karena walaupun dengan harta, materi dan kekuasaan yang
tidak kita miliki, tetapi kita punya kekayaan yang luar biasa banyak yakni
SAHABAT dan BEKAL PENGETAHUAN dan mereka semua akan selalu hadir bersama kita
di manapun kita berada. Harta dan kekuasaan begitu gampang kita dapat tetapi
untuk mendapatkan seorang sahabat sejati tidaklah segampang yang kita pikirkan
dan pasti membutuhkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk berproses di
dalamnya.
Awal
bergabung bersama komunitas pendampingan anak, saya hanya sekedar mengikuti
irama yang sudah ada. Rutinitas yang dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu saya
rasa hanya sebagai aturan main yang sudah ditentukan sehingga tinggal dijalani.
Pendampingan anak yang dilakukan masih terlalu mengawang dan kurang menyentuh
pada akar permasalahan. Masalah-masalah sosial dalam dunia anak terlalu banyak
bagi saya tetapi kalau kehadiran kita hanya sekedar hadir untuk menghabiskan
waktu maka yang terjadi adalah, anak lagi-lagi menjadi korban dari gerakan kita
karena kita tidak pernah tahu akar permasalahan yang mereka alami sampai harus
memutuskan untuk tidak sekolah dan bahkan harus meninggalkan dunianya mereka
yakni dunia bermain dan belajar. Lalu apakah kita sebagai orang dewasa tahu dan
sadar akan dunia anak yang harus seperti apa dan seharusnya bagaimana?
Tahun
2006, saya mulai dipercaya untuk menangani sebuah basis yang terletak di
pinggiran kota Malang. Basis ini sebenarnya sudah ada sejak lama tetapi pada
akhirnya harus tutup karena ada beberapa hal yang tidak mendukung aktivitas
ini. Bisa juga soal SDM nya atau juga soal situasi dan kondisi lingkunganya.
Tetapi di manapun dan kapanpun, hal-hal seperti ini akan tetap kita hadapi dan
sekarang tinggal bagaimana kita bisa menyikapinya. Perlahan kami memulai dengan
aktivitas kecil-kecilan misalnya bermain bola bersama, bermain musik bersama
dan cerita bersama dan saling memberi masukan diantara yang satu dengan yang
lainnya. Di kesempatan inilah kami mulai mengenal di antara yang satu dengan
yang lainnya. Baik pendamping dan anak-anak tidak ada perbedaan dan semuanya
adalah satu dan sama. Aku dan kamu untuk kita. Semua kepentingan apapun menjadi
tanggungan bersama tanpa harus membedakan satu dengan yang lainnya.
Aktivitas
di basis mulai berjalan normal. Kehadiran anak-anak di basis ini terus
bertambah dari waktu ke waktu. Saya merasa seperti ada keajaiban di saat itu.
Awalnya saya ragu tetapi keraguan itu justru membawa harapan dan cita-cita yang
saya inginkan. Hingar-bingar dan hiruk pikuk di basis itu menjadi perhatian
orang banyak. Tentu dukungan untuk aktivitas ini terus bertambah tetapi masih
ada segelintir orang yang kurang setuju dengan semuanya ini. Namun, dengan
situasi seperti ini sanggar Pandan Landung masih bisa bertahan sampai kurang
lebih 4 tahunan dengan berbagai macam bentuk kerativitas dan produktivitas yang
di kerjakan di basis.
Di
tahun 2009, karena semakin ramainya aktivitas, membuat kecurigaan beberapa
orang yang merasa bahwa kami telah melakukan hal-hal yang kurang baik dan
mempengaruhi anak-anak yang menurut anggapan mereka, kami telah mengajarkan
agama atau mempengaruhi mereka untuk mengikuti agama kami. Sebenarnya ini semua
adalah tuduhan-tuduhan dan kecurigaan palsu yang tidak punya bukti sama sekali.
Kemungkinan mereka hanya mencari-cari alasan untuk mengakhiri seluruh aktivitas
di basis yang sudah berkembang pesat.
Namun
itu semua bukan akhir dari segalanya. Kami terus berjuang untuk keadilan sesama
manusia. Kami masih punya satu basis lagi yang perlu kami tata dan kami urus
dan bahkan kami harus fokus untuk mengurus sanggar anak Bandulan yang sedang
punya aktivitas yang mungkin bisa dibilang belum tertata dengan baik. Semua
mata, tenaga, dan pikiran akhirnya tertuju ke sana (Sanggar Anak Bandulan). Waktu
demi waktu terus bergulir dan pada akhirnya SSB sekarang menjadi sebuah sanggar
yang memiliki komunitas anak dengan berbagai macam aktivitas untuk tumbuh
kembang seorang anak. Saya yakin bahwa SSB/SSA adalah sebuah ruang atau tempat
bagi siapa saja yang punya keinginan baik untuk mau belajar.
Karena
kebutuhan semakin bertambah, maka di tahun 2010 proses pembangunan rumah
Sanggar di Bandulan mulai dikerjakan. Dan untuk memulai Ini semua, butuh
proses yang lama dan tidak sekali jadi. Pembangunan rumah sanggar menjadi
sebuah tahap awal mulai berkembangnya SSA. Dan bukan pembangunan sanggar
selesai lalu semuanya menjadi selesai tetapi harapannya semoga dengan
pembangunan selesai maka seluruh aktivitas akan menjadi lebih maju dan
berkembang. Selama proses pembangunan itu, saya terlibat penuh sampai
selesainya sanggar itu dibangun.
Ada
kepuasan tersendiri dengan melihat bangunan sanggar itu berdiri sekarang di
tengah-tengah masyarakat dan anak-anak di pinggiran kali metro. Ruang itu
menjadi media belajar dan bermainnya anak-anak. Maka harapan kami, semoga
ruangan itu bisa digunakan sebaik mungkin untuk kepentingan bersama, khususnya
untuk kepentingan ana-anak. Sanggar ini juga tidak hanya menjadi milik
orang-orang tertentu melainkan sanggar ini menjadi milik bersama (anak,
kerabat, pengurus SSA, Relawan SSA dan semua orang yang terlibat langsung
maupun tidak langsung sampai berdirinya sanggar ini).
Secara
jujur saya mengatakan bahwa saya mengalami secara langsung dan mengikuti secara
penuh seluruh proses terbentuknya komunitas ini yang dulunya dari UPA (Unit
Pendampingan Anak) sampai sekarang yang di kenal dengan SSA (Sanggar Sahabat
Anak). SSA yang dulunya dipandang sebelah mata sekarang menjadi sebuah
komunitas yang diperhitungkan di kota Malang. Saya menjadi bangga dan puas
melihat ini semua. Paling tidak, keterlibatan saya membawa sedikit perubahan
dari UPA menjadi SSA. Dan bahkan SSA saat ini berkembang begitu jauh dan sangat
maju.
Jatuh-bangun
sanggar menjadi dinamika sanggar yang terus kami alami setiap saat. Tapi satu
hal yang terus kami catat adalah bahwa SSA yang dulunya hanya sekedar nama dan
hanya bisa didengar tetapi sekarang sudah menjadi sebuah komunitas yang
memiliki aktivitas, memiliki ruang, dan punya waktu, dalam seluruh rangkaian
dinamikanya. SSA sekarang ini jauh dari SSA yang dulu. Itu semua berkat kerja
keras kita semua yang terlibat dalam proses perkembangan SSA ini.
Hati,
tenaga dan pikiran saya yang sudah ada di SSA selama 7 tahun saya anggap
sebagai sebuah pengabdian bagi saudara/i kita yang memang benar-benar
membutuhkan sentuhan-sentuhan kasih dan cinta. Itu tugas dan panggilan saya
yang harus saya jalani tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Saya merasa bahwa
ini semua adalah sebuah tugas bagi saya sebagai sang pendosa yang lemah,
rapuh dan tak berdaya di mata Sang Pemberi Hidup.
Keterlibatan
saya selama 7 tahun di SSA, belum berarti apa-apa untuk perkembangan SSA saat
ini dengan harapan bahwa SSA ke depannya akan jauh lebih maju dan berkembang
dari SSA saat ini. Tetapi yang terus saya kenang dan saya ingat adalah bahwa
SSA memberi tempat dan kesempatan buat saya untuk bisa belajar tentang hal apa
saja. Saya bisa menjadi seperti ini karena SSA telah memberi ilmu dan
pengetahuan yang banyak untuk perubahan-perubahan dalam hidup saya. SSA telah
memberikan kepada saya SAHABAT yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kehadiran para sahabat di sekitarku telah membuat saya menjadi pribadi yang
utuh dan bisa dihargai. Kamu semua adalah sahabtku yang tidak akan pernah saya
lupakan dalam masa-masa hidupku ini. Kalian semua telah memberikan sebuah warna
tersendiri dalam garis kehidupanku. Indahnya hidup yang kualami saat ini adalah
indahnya hidup kita bersama yang telah kita kisahkan bersama di hari-hari
kemarin.
Dan
akhirnya di medium 2012 ini saya harus meninggalkan sanggar untuk sebuah
panggilan hidup yang baru. Tapi kalau boleh jujur, sanggar masih akan selalu
ada di dalam hatiku ke manapun saya pergi. Saya punya beban moril untuk ini
semua. Hidupku dan perjuanganku untuk sanggar akan terus terpatri di hati
kecilku dan gaungmu akan terus kudengar di saat aku akan menjalani hidupku yang
baru.
Dan
akhirnya untuk sementara waktu, saya harus pamit dari seluruh rangkaian dan aktivitas
sanggar. Kita akan tetap saling mendoakan untuk tujuan kita bersama.
(Leonardus L Kotan, mantan pendamping di SSA,
Malang).
dimuat dalam buletin Fides edisi No. 32, Pebruari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar