Anak-anak Asrama Putera Serawai
sedang belajar di aula
|
Hari
pertama mengajar di SMP Bukit Raya tanggal 13 Februari 2008. Wuihhhh…….. ini adalah
pengalaman mengajar di depan umum yang pertama. Apalagi anak yang aku hadapi
anak SMP. Deg-degan rasanya.
SMP Bukit Raya yang terletak di Kecamatan Serawai adalah tempatku berkarya sebagai anggota MAVI selama beberapa tahun. SMP Bukit Raya adalah SMP tertua di wilayah jalur Sungai Melawi dan sampai sekarang adalah satu-satunya SMP Katolik di daerah hulu Sungai Melawi ( bulan September 2012 ini SMP Bukit Raya berusia 50 tahun).
Beberapa
hal yang aku lakukan untuk menyemangati anak-anak belajar di kelas (walaupun
mereka energik tetapi saat belajar harus ada bunyi “brak” dulu baru mereka
konsen mendengarkan. Secara intelektual, mereka termasuk kelas yang rata-rata
kepandaiannya) adalah memberi kesempatan menggambar dan menempelkan gambarnya
di dinding kelas, mengajak makan bersama setiap Senin pagi dengan bekal
masing-masing, mengajak mereka untuk mengeluarkan pendapat dan memecahkan
masalah bersama, mengajak untuk peduli dengan teman atau keluarga teman yang
sakit, serta mengajak mereka membuat doa spontan. Beberapa cara yang aku
lakukan adalah adaptasi dari buku Toto Chan dan implementasi hasil kunjungan
beberapa hari di SD Mangunan Yogyakarta.
Tiga
hal yang pernah aku buat untuk membuat mereka bersemangat mengikuti pelajaran
adalah dengan kerja kelompok, membuat teka-teki silang, dan mengadakan cerdas
cermat. Untuk tugas dengan berkelompok mereka tidak hanya sekedar menjawab soal
tetapi mereka aku minta mencoba membuat soal sendiri dan menjawabnya. Ya
walaupun bentuk soal mereka cenderung sama dari nomer satu sampai nomer lima
tetapi aku salut adanya usaha dan kemauan mereka untuk mencoba membuat soal.
Tentang cerdas cermat, aku pernah mencoba membuat cerdas cermat Bahasa Inggris
dan cerdas cermat Matematika. Ya, walaupun hasilnya tidak terlalu bagus (aku
menggunakan ukuran mana, ya), namun aku senang melihat mereka ada semangat
mencoba. Untuk teka-teki silang, aku coba saat mengajar materi
Biologi.
Saat
menjadi guru di SMP Bukit Raya, aku memposisikan diriku sebagai teman
anak-anak. Teman dalam proses belajar mengajar. Kadang beberapa pertanyaan
anak-anak tidak mampu aku jawab ataupun aku akan berusaha keras mencari jawaban
untuk pertanyaan mereka. Anak-anak di sekolah juga menjadi guru bagiku. Mereka
mengajarkan padaku bahwa setiap manusia itu mempunyai keunikan dan aku diajari
mereka untuk menerima keunikan itu. Segala karakter dan tingkah laku mereka di
sekolah adalah “bahan” pembelajaran terbaik.
Karakter
anak-anak di SMP Bukit Raya yang berbeda dengan karakter anak-anak di tempatku
berasal, membuat aku terus belajar mencari bentuk pengajaran yang pas setiap
saat. Sebenarnya kualitas anak-anak yang sekolah di SMP Bukit Raya sungguh
mengagumkan dilihat dari sisi kondisi lingkungan tempat tinggal mereka, dari
minimnya fasilitas untuk menunjang pencarian jawaban pengetahuan mereka.
Kemauan mereka untuk belajar, untuk bersaing, untuk bertanya, dan untuk mencari
jawaban selalu ada. Setiap saat aku mencari cara untuk memberikan bahan dengan
menekankan metode permainan, praktek, atau minimal dengan memberikan bentuk
mengajar yang menyenangkan. Tapi alih-alih bisa memberikan alternative bentuk
pengajaran, aku malah ikut terjebak dalam pemberian materi yang saklek dengan
buku. Bahan ajaran yang begitu padat untuk diajarkan padahal seringkali harus
mengajarkan hal yang dasar lagi, terkadang membuat lelah dan putus asa dalam
mengajar.
Ketika
mengalami kelelahan dan putus asa karena banyak hal di sekolah, pikiran rasanya
sudah macet tidak mampu melakukan hal-hal lainnya. Begitu mudah rasanya emosi
tersulut. Rasa bosan dengan kondisi yang monoton juga sempat aku alami. Ketika
mengalami semua hal tersebut, aku memilih untuk tidak memaksakan diri mengajar.
Sebagai seorang guru, tetap perlu hadir di kelas walau apapun kondisi yang
dialami. Namun, ketika mengalami saat desolasi, aku memilih untuk memberikan
kebebasan pada anak-anak untuk berkreasi lewat gambar, puisi, menyanyi, atau
melakukan praktek (ketika mengajar Biologi)
(Lidya Wisnuwardani, berkarya di Serawai Pebruari 2008
- Juni 2011)
Dimuat dalam
buletin Fides Et Actio edisi Nomor 28, Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar