Tiba pada saat salah seorang
buruh bertanya, “Mas, kenapa yang lain tidak datang, padahal ketika awal
pembentukan basis, ada banyak orang yang datang dan sanggup bersama-sama memperjuangkan
hak buruh?” Pertanyaan sederhana tapi
itulah gejolak yang dialami beberapa buruh dalam proses memperjuangkan haknya. Pertanyaan
ini muncul ketika ada pelatihan riset yang diadakan oleh Wadah Asah
Solidaritas (WADAS) Surabaya bersama
dengan buruh perkebunan karet di Jember pada tanggal 3-4 Maret 2012. Ada
perasaan “sendirian” dalam pergerakan bersama. Dengan bahasa negatif mau
mengatakan adanya iri hati, karena teman-teman buruh yang lain tidak datang,
padahal pelatihan ini juga untuk kepentingan buruh. Beberapa orang merasa mengapa
hanya mereka saja yang bekerja untuk memperjuangkan nasib buruh padahal kalau
berhasil, teman-teman buruh (yang tidak terlibat langsung dengan proses
perjuangan) juga akan terkena dampak positifnya. Wah, ternyata berat memberikan
pencerahan dan penyadaran kepada mereka. Padahal, dengan “sadarnya” mereka, ini
akan mempermudah proses perjuangan itu sendiri. Lalu apa yang saya bisa
ceritakan kepada mereka yang merasa “sendirian”?
· Beruntung...Kata pertama yang saya ceritakan
kepada mereka. Tidak semua orang tergerak hatinya untuk memperjuangkan nasibnya
yang diperlakukan tidak adil dengan bekerja keras. Salah satu caranya adalah
dengan mengetahui dulu dasar dalam perjuangan perbaikan nasib buruh, yakni
pengetahuan tentang perburuhan. Pengetahuan
ini bisa dicapai dengan belajar, salah satunya dengan pertemuan kita
selama ini. Memang tidak mudah, tapi harus dilakukan. Teman-teman buruh inilah
yang harus mengajak teman lainnya untuk ikut bergerak bersama. Anda lebih
beruntung daripada mereka yang tidak datang.
· Lihatlah...Kata kedua yang saya ucapkan untuk
menyemangati mereka. Tidak semua lembaga yang bergerak di perburuhan bisa
melihat celah bahwa permasalahan buruh dasarnya adalah pengetahuan buruh
sendiri. Ketakutan dan kebungkaman akan ketidakberpihakan pada buruh terjadi karena minimnya
pengetahuan buruh sendiri akan haknya. WADAS Surabaya salah satunya yang
melihat celah ini. Siapa WADAS kok mau bersusah payah datang untuk membantu
perbaikan nasib lewat perjuangan hak-hak buruh? Mereka bukan buruh perkebunan
dan tidak ada pengaruhnya pada nasib mereka kalau nasib buruh semakin baik.
Kenapa mereka mau? Karena kalau bukan mereka dan teman-teman yang lain yang
peduli dan tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk perjuangan nasib bersama,
siapa lagi? Seharusnya buruh itu sendiri yang memperjuangkan nasibnya, tapi
karena ada keterbatasan makanya dibutuhkan orang lain yang peduli dan paham
tentang perburuhan. Hanya sedikit orang yang mau melakukan pekerjaan tersebut,
jadi beruntunglah teman-teman buruh kebun yang ada di sini.
Saya hanya seorang relawan
yang kebetulan “mampir” di perburuhan. Pengalaman ini membuat saya semakin
mengenal kembali arti perjuangan kepentingan bersama. Tempat dimanapun sama,
pasti ada orang yang berjuang untuk memperbaiki nasib dengan bekerja keras dan
ada orang yang nasibnya menjadi baik akibat dari perjuangan teman-teman mereka
yang memperjuangkannya. Tergantung mau memilih yang mana karena ini menyangkut
kualitas pribadi masing-masing.
Oleh : Yoanes Eko Prasetyo
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi April No.22 tahun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar