Meskipun agak
bingung dan beberapa kali kesasar, aku tetap bertekad mencari alamat ini. Aku sangat
rindu dengan dia, orang luar biasa yang pernah kukenal di jagad ini. Ini bukan
Surabaya tapi daerah wisata di Malang yang pastinya aku tidak hafal dengan kelok-kelok
jalannya. Tapi puji Tuhan akhirnya kutemukan rumah itu juga.
Seorang wanita baya kuning
langsat dan tetap cantik menyambutku. Rupanya dia ingat dengan teman masa
kecilnya ini. Ina namanya. Meskipun ramah, keterbelakangan mentalnya tetap
kelihatan. Aku dihantar ke kamarnya. Disana terbaring Mbok Sum yang lumpuh
karena usianya yang sudah sangat sepuh. Wah Mbok Sum juga masih ingat padaku.
Ya karena beliau penjahit langganan Eyang Putriku. Eyang selalu cocok bila
kebayanya dijahit oleh Mbok Sum.
Mataku menelusuri semua hiasan
yang terpampang di semua dinding kamar ini. Ingatanku jadi melayang 35 tahun
yang lalu. Aku cukup dekat dengat Mbok Sum yang ramah. Beliau kesayangan Eyang
Putriku. Mbok Sum seorang janda dan hidup dengan seorang putri angkatnya. Waduh
sayang putrinya yang kupanggil Ina memiliki keterbelakangan mental, tapi sangat
cantik dan kulitnya kuning langsat seperti boneka Barbie. Mbok Sum yang miskin
sangat sayang dengan Ina. Saat menjelang dewasa seperti petir di siang bolong,
Ina hamil. Tidak ada yang tahu siapa yang telah memperkosanya. Sungguh Mbok Sum
hanya pasrah, karena tidak tahu kemana akan mengadu. Tuhan luar biasa, akhirnya
bayi wanita itu lahir dengan lancar dibantu bidan kampung dan diberi nama Rina.
Mbok Sum tidak tahan cercaan tetangga, akhirnya pulang ke desa. Saat Rina sudah
bisa berjalan, badai datang lagi. Ina di desanya diperkosa lagi dan hamil. Maka
lahirlah bayi kedua perempuan tapi bayi ini juga memiliki keterbelakangan
mental seperti Ina. Saat kanak-kanak putri Ina yang kedua meninggal. Penderitaan demi penderitaan harus ditanggung
Mbok Sum sendirian. Penderitaan ekonomi dan rasa malu pada masyarakat yang tidak
pernah bisa kubayangkan. Kalau Mbok Sum orang kaya pasti Ina sudah di-KB, tapi
dia orang miskin.
Tapi hari ini yang kusaksikan.
Mbok Sum yang sepuh ini tersenyum padaku dengan damai. Dia sukses melewati
semua kesulitan hidupnya. Rina cucu satu satunya telah dewasa menikah dan
mempunyai seorang putri. Rumah Rina dikelolah menjadi Home Stay. Selain itu Rina juga mengelola rumah penginapan yang
lebih luas untuk para wisatawan yang
berkunjung ke daerah wisata itu. Rinalah yang sekarang menopang ekonomi ibu dan
juga neneknya.
Betapa Tuhan itu kadang begitu
nampak kejam di mata kita. Siapa yang akan tahan dengan penderitaan sedahsyat
itu. Siapa yang mampu menahan malu dengan 2 kali kasus pemerkosaan. Tidak ada
hukum, tidak ada perlindungan. Tapi disitulah Tuhan bekerja. Tuhan ingin
membuat Mbok Sum bahagia di masa tuanya dengan cara-Nya yang menurutku agak
gila. Mungkin kalau aku jadi Mbok Sum, aku sudah gila. Tapi Mbok Sum janda
miskin yang penuh kepasrahan. Imannya yang menyelamatkan hidupnya. Aku sangat
tersentuh dengan kisahnya. Mbok Sum mengajarkan banyak kepadaku. Bagaimana kita
harus bangkit saat terpuruk, saat semua terasa gelap tak ada jalan keluar. Ternyata Tuhan lebih tahu yang
terbaik untuk kita. Tuhan memberi bukan yang kita minta, tapi yang kita
perlukan.
Ternyata Tuhan selalu menemani kita. Kita hanya diminta
menurut tidak memberontak saat Tuhan akan membentuk kita. Terima kasih Mbok Sum
yang telah banyak mengajarkan padaku bagaimana seharusnya sabar menjalani hidup
ini. Berkah Dalem Gusti.
Penulis: Wike Purnomo
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi No.75,
September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar