Aku hadir pada saat Rm. Gross merayakan 50 tahun imamat. Dia
seorang romo kelahiran Perancis. Pada saat homili dalam misa, dia menceritakan
sedikit pengalaman hidupnya. Dia lahir di sebuah desa kecil di Perancis saat
awal PD II dimana Perancis kalah oleh Jerman. Ayahnya adalah seorang aktivis
partai sosialis. Saat Rm. Gross sudah remaja, dia menyatakan keinginannya untuk
menjadi imam, ayahnya mempertanyakan keinginannya itu. Tetapi saat dia
mengatakan ingin bergabung dengan komunitas St. Vincentius a Paulo, langsung
ayahnya menyetujuinya. Bagi kebanyakan orang Perancis, St. Vincentius a Paulo
adalah tokoh besar. Dia adalah seorang imam di Perancis yang membela dan peduli
pada kaum miskin. Dia dapat dikatakan berusaha membongkar kehidupan Gereja yang
semula hanya berkutat pada doa atau sekitar altar dan banyak imam yang mengejar
kemewahan dan kenikmatan, menjadi Gereja yang peduli pada kaum miskin. St.
Vincentius memberikan pengajaran dan membuat kebijakannya bagi para imam CM dan
suster Puteri Kasih yang merupakan suatu gebrakan baru pada jaman itu.
Suatu saat St. Vincentius menulis kepada para imam pengikutnya,
“Bila anda terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas,
karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam
diri orang miskin” Bahkan saat seorang imam sedang menulis lalu ada orang
miskin yang datang maka dia harus segera meninggalkan tulisannya meski hanya
tinggal membuat titik saja. Tidak boleh menunda untuk menemui orang miskin. Hal
ini bukan berarti doa, meditasi atau kehidupan rohani tidak penting, tetapi
Tuhan yang ada dalam diri orang miskin lebih mendesak. Kepada para suster
Puteri Kasih, St. Vincentius pernah menulis kapelmu adalah lorong-lorong rumah
sakit dan rumah-rumah kumuh. Dalam perjumpaan dan pelayanan terhadap kaum
miskin disitulah kita diajak untuk menemukan Tuhan. Itulah doa-doa kita. Dengan
demikian doa tidak dilepaskan dari tindakan nyata dalam kepedulian pada kaum
miskin dan tertindas. Semua ajaran ini bersumber dari ajaran Yesus dalam Lukas
4:18-19.
Rm. Gross dalam sharingnya juga menceritakan pilihan hidupnya
untuk mendampingi kaum miskin terutama yang berada di pedalaman. Setelah
ditahbiskan dia berkarya sebentar di Perancis lalu bermisi di Vietnam. Saat
komunis menang di Vietnam dan semua imam harus pergi maka dia bersama
teman-temannya pindah ke pedalaman Kalimantan Barat. Saat para pengungsi Papua
yang dituduh sebagai OPM membutuhkan imam, maka dia selama 12 tahun berada di
perbatasan PNG dan Indonesia untuk melayani para pengungsi atau pelarian dari
Papua akibat dituduh sebagai OPM. Saat ini Rm. Gross berada di pegunungan
Meratus, Kalimantan Selatan untuk melayani masyarakat Dayak yang berada disana
serta para pendatang yang bekerja sebagai buruh-buruh perkebunan dan
pertambangan yang hidupnya sangat tertindas.
Dia menegaskan bahwa Gereja harus berpihak pada kaum miskin dan
tertindas. Untuk itulah Gereja dipanggil. Kebetulan hari itu Gereja
memperingati uskup Alfonsus Toribio, seorang uskup yang sangat peduli pada
penduduk Indian di Peru yang banyak mengalami penindasan dari bangsa Spanyol.
Orang-orang Spanyol memperlakukan orang Indian secara tidak manusiawi, seperti
dalam film The Mission. Uskup Toribio berusaha mempertobatkan orang-orang
Spanyol agar tidak berlaku sewenang-wenang dan menghargai orang Indian. Dia pun
memberikan pendidikan bagi kaum Indian agar tidak terbelakang. Usaha ini
membuahkan hasil baik bagi orang-orang Spanyol yang berada di Peru maupun orang
Indian.
Selesai misa sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh bupati
Melawi, saya mendekati Rm. Gross. Saya bertanya apakah dia tetap menjadi
seorang imam sosialis seperti bapanya? Sambil tersenyum dia mengatakan kita
harus tetap membela kaum miskin dan tertindas. Lalu kami berfoto bersama. Saat
berfoto kudengar dia menyanyikan sebuah lagu dengan suara yang lirih. Syairnya
aku tidak tahu sebab dinyanyikan dalam bahasa Perancis. Tetapi nadanya aku
ingat itu lagu “Internasionale”
Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat
dalam buletin Fides Et Actio edisi No.84, Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar