“Cukup aku saja yang bernasib seperti ini,
adikku jangan”. Ungkapannya itu seolah menjadi “harga mati” dalam hidupnya.
Menginjak usia 15 tahun, mayoritas remaja masih
menikmati masa – masa indah di sekolah. Nongkrong dengan teman seusianya pada
malam minggu. Merasakan indahnya cinta monyet dengan lawan jenis yang sebaya.
Berpacu dengan waktu ketika ada tugas dari sekolah. Hati dag dig dug, pikiran
tak tenang jika esok hari ada ulangan. Tetapi hal ini tak berlaku baginya.
Pasca lulus SMP, Ia memilih
untuk hidup berlawanan arah dengan remaja seangkatannya. Dia memutuskan untuk mencari
kerja daripada melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Entah apa motivasi dan
penyebabnya. Pemuda ini bernama Rahadi Widodo atau akrab dipanggil Hadi.
Pada tahun 2015 Hadi mendapatkan panggilan kerja
dari sebuah penginapan di daerah Prigen, Jawa Timur. Hanya bermodalkan ijasah
SMP, jelas tidak mungkin Ia memperoleh posisi strategis di sana. Posisi yang Ia
dapatkan ialah sebagai tukang kebun penginapan. Dengan area kerja yang luasnya sekitar 2 kali lapangan sepak bola.
Selain mengerjakan tugas - tugasnya sebagai
tukang kebun, Ia juga memiliki ketrampilan yang tak dimiliki ABG seusianya. Seperti
memperbaiki ayunan patah dengan mesin las listrik, mengoperasikan mesin
pemotong rumput, dan memotong pohon dengan gergaji mesin.
Disaat menikmati waktu rehat kerja, pria yang
nampak lebih dewasa dari usianya ini banyak menghabiskan waktu dengan telepon
pintarnya. Entah itu dengan main game
online, atau mendengarkan lagu – lagu yang berirama dangdut koplo.
Jika menilik jam kerja, dalam sehari Hadi
bekerja 8 jam sama seperti karyawan - karyawan lainya. Tetapi begitu berbicara
tentang gaji, kenyataanya tak berbanding lurus dengan jam kerja itu. Bahkan
konon gajinya tak sampai setengah dari UMK Kabupaten Pasuruan.
Walau keadaan hidupnya pas – pasan, remaja asli Blitar ini tetap memiliki impian.
Baik mimpi bagi diri sendiri maupun bagi saudaranya. Berpendidikan tinggi dan menjadi
orang sukses merupakan mimpi utamanya. Entah sukses yang seperti apa yang Ia
maksudkan. Kelak juga, sulung dari 2 bersaudara ini berkeinginan menyekolahkan
adik lelakinya setinggi mungkin. Minimal hingga lulus S1 (Strata Satu). Sedangkan
dalam waktu dekat, Ia ingin sekali membelikan laptop untuk saudara bungsunya itu.
Namun selepas memasuki warsa ke-3 masa kerjanya
pada tahun 2018 ini, akankah nasib hidup Hadi membaik? Hanya juragannya dan
Tuhan yang tahu.
Oleh :
Agus Eko Kristanto
Dimuat dalam
buletin Fides Et Actio edisi no.99, September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar