Suatu sore seorang romo mengeluh bahwa di kamarnya tercium bau
bangkai. Para pegawai pastoran menduga ada tikus yang mati. Mereka lalu sibuk
mencari mulai dari plafon sampai sudut-sudut kamar. Ternyata tidak ditemukan
bangkai apapun. Tetapi romo itu tetap mengatakan dia mencium bau bangkai. Dia
menyuruh pegawai pastoran agar mencari lebih teliti. Pegawai pastoran
kebingungan. Tidak tahu harus mencari dimana lagi. Romo itu lalu keluar dari
kamarnya dan masuk ke ruang lain. Ternyata dia tetap mencium bau bangkai. Dia
Tanya kepada semua orang apakah mencium bau bangkai. Tetapi tidak seorang pun
yang mencium bau bangkai.
Romo itu lalu mengkaitkan dengan hal gaib. Dia siang tadi
memberkati jenasah. Apakah bau bangkai itu berasal dari jenasah yang
diberkatinya siang tadi? Kali ini semua orang hanya menatap tidak tahu apa
jawabnya. Akhirnya ada umat yang menyarankan agar romo itu pergi ke dokter
untuk memeriksa apakah ada yang salah di hidungnya. Ternyata ketahuan penyebab
bau bangkai itu. Gigi romo itu rusak dan membusuk sampai menembus ke hidung.
Dokter dengan menggunakan semacam slang, menyemprot dari hidung romo itu.
Keluar nanah yang cukup banyak dari mulut. Setelah perawatan selesai romo itu
mengatakan sekarang tidak mencium bau bangkai lagi. Akibat gigi yang rusak
membuat semua orang di pastoran menjadi repot dan kena marah.
Sebetulnya ada banyak orang seperti romo itu. Ada sesuatu yang
busuk di dalam dirinya, sehingga dia mencium bau busuk dimana-mana. Masalahnya
dia mencari bau busuk di luar dirinya. Untuk itu perlu duduk sejenak dan perlu
jujur pada diri. Mencari orang yang dapat menyembuhkan. Agar dapat
menghilangkan sumber bau busuk di dalam dirinya.
Masalahnya sering orang yakin akan kebenaran pendapatnya. Dia
yakin bahwa sumber bau busuk itu ada diluar dirinya. Jika demikian maka masalah
tidak akan selesai. Dia tetap akan mencium bau busuk. Maka perlu kerendahan
hati. Meneliti diri atau bercermin. Merefleksi hidup dan berani membongkar diri
agar menemukan sumber kebusukan itu. Namun pada jaman yang menuntut dan
terkadang memaksa orang untuk terus bergerak, saat diam dan merefleksi diri ini
sering diabaikan. Orang lebih bangga kalau dia dapat bergerak atau sibuk.
Akibatnya dia tidak akan menemukan sumber bau busuk di dalam dirinya.
Saat berada di rumah singgah, anak-anak jalanan paling mudah
menuduh temannya mencuri. Padahal ini untuk mengalihkan perhatian agar orang
tidak melihat dirinya sebagai pencuri. Paling mudah bereaksi bila ada pencurian
dan keinginan menghukum si pencuri dengan berat. Sebetulnya hal itu merupakan
ungkapan kemarahan terhadap dirinya sendiri yang menjadi pencuri. Sering protes
sebab merasa diperlakukan tidak adil atau sewenang-wenang oleh temannya,
padahal dia melakukan hal yang lebih buruk pada temannya. Mereka mencaci maki
orang naik mobil yang tidak memberinya uang, padahal mereka akan tertawa dan
bangga saat bercerita telah membeset mobil orang.
Masih banyak lagi cerita contoh yang dapat dituliskan. Intinya
menurutku, setiap orang yang menyimpan kebusukan di dalam dirinya dia akan
mudah mencium bau busuk di sekitarnya. Lebih parah lagi bila orang berusaha
menutup rapat kebusukan atau seolah dia tidak pernah berbuat busuk. Padahal dia
sadar bahwa dia sudah berbuat busuk, maka akan terjadi perang dalam dirinya.
Hal itu akan membuat dia mudah sekali menuduh busuk pada orang lain.
Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat
dalam buletin Fides Et Actio edisi No. 100, Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar