Kepahitan hidup adalah situasi yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh seseorang sehingga membekas atau melukai hatinya sampai kapan
saja. Ini istilah saya sendiri, jadi kalau ada seorang psikolog yang mempunyai
pendapat lain silahkan saja. Dulu ada teman yang memakai istilah THP (the hurting people).
Kepahitan hidup dapat disebabkan oleh berbagai pengalaman hidup
yang dianggap melukai perasaannya. Bisa kekecewaan yang mendalam. Bisa berbagai
macam hal lain. Misalnya sudah kuliah tinggi-tinggi
ternyata tidak dapat kerja yang diharapkan. Keluarga berantakan. Ingin pacaran
tapi tidak laku-laku. Mengalami pelecehan pada waktu kanak-kanak. Masih banyak
lagi hal yang dapat membuat orang mengalami kepahitan hidup.
Pernah suatu hari saya diminta untuk mendoakan orang yang sudah
sakit parah. Keluarganya kuwalahan, sebab orang ini setiap saat marah-marah.
Baginya tidak ada yang benar. Saat saya datang di rumah sakit, dia langsung
marah-marah. Kata-kata makian meluncur deras. Padahal saya baru pertama kali
bertemu dengannya. Saat itu saya menjadi paham mengapa keluarganya enggan
mendekat padanya.
Dia kecewa sebab merasa tidak diperlakukan dengan benar. Dia dulu
bekerja di instansi pemerintah. Tahun 1969 dia ditangkap dengan tuduhan PKI
lalu dibuang ke pulau Buru tanpa pengadilan. Disana dia mengalami perlakuan
yang sangat buruk. Semua itu harus ditelannya tanpa mampu protes. Pengalaman
pahit itu disimpan rapat dalam hati dan ternyata mempengaruhi hidupnya
selanjutnya. Sampai menjelang kematian pun dia sangat merepotkan keluarga.
Dendam dan kebencian pada hidupnya membuat dia seperti berdiri di dunia orang
hidup dan orang mati. Dia merasa setiap saat didatangi oleh orang-orang yang
sudah meninggal. Terkadang berteriak ketakutan. Tetapi kematian tidak datang
menjemputnya. Dendam dan kebencian pada pengalaman hidup mengeram dalam
dirinya. Akhirnya setelah lama berteriak teriak menyalahkan banyak hal dengan
penuh kemarahan dan diselingi caci maki, akhirnya dia kelelahan. Setelah tenang
saya ajak berdoa dan tidak lama kemudian dia meninggal. Apakah doa saya
membuatnya meninggal, saya tidak tahu.
Dari pengalaman itu saya menyadari bahwa orang yang mengalami
kepahitan hidup dia akan menderita bahkan sampai saat menjelang ajal. Maka
perlu bagi kita untuk mencari apa ada kepahitan hidup yang kita alami lalu
berusaha menyembuhkan. Masalah orang macam begini biasanya merasa baik saja
atau waras padahal orang sekelilingnya merasa dia tidak beres. Istilah disini
kurang sak ons atau bocor alus. Perlu refleksi diri. Jika ada orang tidak suka
pada kita maka jangan menuduh orang lain salah. Periksa dulu diri kita.
Jangan-jangan kita termasuk salah satu orang yang mengalami kepahitan hidup
itu. Kita menjadi orang THP.
Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat
dalam buletin Fides Et Actio edisi no.104, Februari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar