Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Kamis, 02 Maret 2023

Penjual Pentol Menangis Bahagia

Hermanto merintis usaha pentol keliling selama 21 tahun di Madura. Dengan menggunakan sepeda motor, lokasi jualannya pindah-pindah mulai dari jualan di sekolah, pasar hingga pusat keramaian orang. Tapi sejak Suramadu beroperasi, Hermanto berjualan menetap di ujung jembatan Suramadu Bangkalan Madura Jawa Timur. Sepeda motor dan gerobak tetap ia gunakan jualan.

 

Walaupun ia berjualan pentol, ia bahagia sekali anaknya bisa kuliah, apalagi sambil bekerja. "Saya gak mengira, saya yang pekerjaannya jadi kuli bangunan dan jualan pentol, dapat menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi," Katanya.

 

Hermanto lahir di Turen Malang Jawa Timur. Sedangkan istri orang Labang Bangkalan. Ia di karuniai 3 Anak.

 

Anaknya yang pertama sekolah di Kampus Muhammadiyah Sidoarjo jurusan teknik mesin. Anak yang kedua, sekolah SMA di Labang Bangkalan dan yang paling kecil sekolah SD.

 

Hermanto sejak lulus SD tak bisa melanjutkan sekolah karena terbentur biaya. Ia tak menunggu waktu lama, setelah lulus sekolah ia langsung bekerja jualan pentol. Jualan pentol hanya berjalan tiga tahun.

 

Ketika ada tawaran kerja di proyek bangun rumah yang lebih mengiurkan, ia beralih bekerja jadi kuli bangunan. Jadi kuli bangunan, ia lalui selama 2 tahun.

 

Bosan kerja ikut orang, ia akhirnya kembali berjualan. Ia berjualan soto di depan kampus Unisma Malang. Sambil berjualan soto ia berdoa ketika melihat anak-anak mahasiswa yang mau kuliah. Ia berharap anaknya bisa kuliah juga.

 

Karena jauh dari istri, apalagi baru menikah dua tahun, ia hanya menekuni jualan soto selama tiga tahun. Ia memilih berhenti berjualan dan pulang ke kampung halaman istri di Labang Bangkalan. Di Labang Bangkalan, ia jualan pentol kembali. Ia berusaha memperbaiki cara produksi dan jualan pentol agar jualannya laris diborong pembeli tidak seperti awal saat merintis usaha.

 

Alwi pembeli pentol yang sedang istirahat dari Surabaya menuju Bangkalan menuturkan, “Pentol Hermanto enak, saya sampai tambah, saya menghabiskan uang 10 ribu untuk membeli pentol. Karena nambah, saya dikasih bonus es teh,"ucapnya.

 

Jualan pentol Hermanto ada dua macam. Pentol yang kecil 500 rupiah sedangkan yang besar 1000 rupiah. Pengguna jalan yang melewati Suramadu banyak yang beli es teh dan pentol.

 

Hermanto memperoleh untung yang cukup bagus. Ia bisa menabung uang 50 ribu, setelah di potong biaya belanja kebutuhan jualan pentol dan biaya rumah tangga. Ia mulai berjualan sejak jam 9 pagi hingga jam 5 sore.

 

Pada suatu hari, ia di minta mengunjungi anaknya yang sedang kuliah di Sidoarjo, Anto namanya. Setelah diajak keliling kampus oleh Anto, kedua orang tuanya diajak ke tempat ia bekerja. Hermanto menangis melihat Anto bisa bekerja di sebuah bengkel motor besar di Sidoarjo. Apalagi gajinya cukup besar, 4 juta rupiah. Upahnya dari bekerja tidak hanya cukup buat biaya kuliah Anto tapi bisa membantu saudaranya sekolah. Ketika pendaftaran masuk sekolah SMA adiknya, Anto yang membiayai semua.

 

Anto ingin setelah lulus kuliah buka bengkel sendiri. Tapi, Hermanto ayah Anto mengatakan, “Buka bengkel motor butuh biaya besar, dapat dari mana modalnya?," ujarnya. Anto mengatakan sudah banyak yang menawarkan kerjasama baik berupa peralatan sepeda motor maupun berbentuk uang. Bahkan juragan tempat Anto bekerja sanggup membiayai jika ingin buka cabang baru.

 

Terus menerus sekolah dan bekerja keras adalah salah satu usaha meringankan penderitaan.

 

Oleh : Mahrawi

Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No.122, Agustus thn 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar