Postur
tubuhnya tidak tinggi, tapi ototnya cukup kuat. Setiap pagi hingga menjelang
magrib mengayuh sepeda mini (mungkin milik anaknya). Di stang depan sepeda
diberi sepotong papan yang dipakai untuk tempat galon air mineral atau elpiji.
Hampir setiap hari aku berjumpa wanita itu selalu membawa elpiji kecil, elpiji
besar atau galon air mineral. Aku tidak paham untuk apa barang – barang itu. Ya
setiap hari hanya 2 jenis barang itu yang dibawa di atas sepedanya sambil
berputar keliling kampung. Aku tidak pernah bisa melihat wajahnya, karena
berjaket merah yang pudar warnanya, berkaos tangan, berkaos kaki (meskipun
pakai sendal jepit), bertopi dan bermasker serbet, untuk menahan panas dan debu (mirip ninja).
Setelah
sekian lama baru aku diberitahu tetanggaku kalau wanita itu memang penjual
elpiji dan air mineral galon dan dia siap mengantar ke mana saja. Sangat
mengherankan, dia seperti tidak ada istirahatnya, selalu keliling dan
keliling. Sepeda itu hanya mampu membawa
1 barang saja. Jadi bisa kubayangkan kalau sehari 20 barang yang dikirim
berarti dia harus mondar mandir balik ke rumahnya 20 kali. Semua barang berat
itu diangkutnya sendiri, luar biasa. Rupanya langganannya memang cukup banyak,
sehingga menjelang magrib pun dia masih mengayuh sepeda mininya.
Aku sangat
penasaran. Dengan perantaraan teman
akhirnya aku bisa mengenal wanita itu. Aku sungguh beruntung mengenalnya,
karena saat butuh elpiji dan air mineral aku cukup sms saja dan dia akan segera
mengantarnya. Saat dibuka topi dan maskernya, aku terpana.. ternyata dia wanita
yang berkulit putih dan cantik. Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya
ternyata wanita 34 tahun ini juga sangat
ramah dan mudah bergaul. Aku kagum dia
seperti punya tenaga ekstra untuk selalu bisa mengangkat sendiri galon air
mineral juga elpiji 15 kg ke atas sepeda mininya. Dibalik wajah cantik itu
ternyata tersimpan kekuatan fisik yang mengagumkan.
Wanita hebat
di jaman ini yang tidak kenal lelah, hanya untuk lembaran seribu dua ribu
demi dua anaknya yang masih TK dan SD.
Aku juga terkesima dibalik wajah cantiknya, ternyata tersimpan duka yang
mendalam. Tanpa menghiraukan hujan dan terik matahari dikayuhnya sepeda setiap
hari. Suami yang begitu dicintainya selalu menyakitkan hatinya, sehingga dia
berusaha untuk mandiri. Dia selalu mendambakan suami yang bisa membuat hidup
keluarganya damai. Dia tidak ingin menjadi janda, maka dipertahankan
perkawinannya. Dia tidak peduli hidup tanpa diberi uang belanja, yang penting
dia sehat dan bisa melanjutkan hidup. Kadang dia putus asa, tapi bila ingat
hidup tidak boleh berhenti dia bersemangat lagi mengayuh sepedanya untuk
mengantar semua pesanan pelanggannya.
Dia boleh kehausan, karena terik matahari, tapi pelanggan tidak boleh
kehausan, hanya karena keterlambatan pengiriman air mineral. Dia rela menahan
lapar, tapi pelanggan tidak boleh kelaparan hanya karena elpiji terlambat
dikirim.
Hidup memang
seperti roda sepeda yang dikayuhnya setiap hari, kadang di atas kadang di
bawah. Galon air mineral yang dibawanya memang berat, tapi air mineral di
dalamnya menyegarkan tenggorokan. Wanita muda itu punya harapan suatu saat roda hidupnya berputar ke
atas, meskipun entah kapan……… Suatu saat
hidupnya akan sesegar air mineral yang dijajakan setiap hari…….. Dalam segala penderitaannya, dia ingin
hidupnya tetap berarti, berguna untuk sesama seperti api elpiji yang selalu
ditunggu pelanggannya……….Berkah Dalem Gusti.
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi No.63,
September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar