SAMPAH...
Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kita jika mendengar kata sampah?
Apakah bau? Kotor? Menjijikkan? Tidak berguna?
Beberapa
hari yang lalu aku sedang berjalan menyusuri gang yang ada di depan tempat
kosku, dari arah jalan besar hendak menuju kos. Saat aku sedang berjalan
tiba-tiba tercium bau busuk yang sangat menyengat. Menusuk tajam hidungku
sampai mau muntah rasanya. Aku langsung menahan nafas. Huuufff....
Ternyata
tak jauh didepanku kulihat sebuah gerobak sampah yang penuh dengan sampah
sedang diparkir di pinggir jalanan gang. Aku percepat langkahku. Ketika
aku hendak masuk kedalam kos, kulihat bak sampah yang ada di depan kos sudah
kosong, hanya meninggalkan bau busuk yang juga tak kalah menyengat dari gerobak
sampah tadi. Ternyata sampah-sampah yang sudah membusuk itu sudah diangkut oleh
bapak sampah yang barusan kulihat gerobaknya diparkir di pinggir jalanan gang
tadi. Aku pun cepat-cepat membuka pintu pagar sambil menahan nafas. Sampai mau
meledak rasanya dada ini. Nggak tahan
banget dengan baunya. Sampah oh
sampah...baumu benar-benar bikin mau
muntah...
Bagaimana
tidak bau busuk, lha wong tempat
sampah di dapur kosku saja berisi sampah yang campur aduk, mulai dari sampah
kering, sampah basah, pembalut bekas pakai, sisa sayuran, sampai dengan sisa
makanan yang sudah membusuk. Ya, kami anak kos selalu membuang segala macam
sampah secara asal-asalan ke tempat sampah itu. Belum lagi kalau ada bangkai
binatang yang dibuang di bak sampah di depan kos. Sungguh menjijikkan. Kemarin
seorang temanku melihat ada bangkai tikus yang dibuang di tempat sampah depan
kosku. Entah siapa pelakunya...
Sambil
berjalan cepat memasuki kos aku berpikir, kasihan sekali bapak sampah yang
setiap hari bertugas memunguti sampah di rumah-rumah warga. Sepanjang hari dia
berkutat dengan gerobak yang penuh dengan sampah yang membusuk, yang setia
mengikuti dibelakangnya sepanjang perjalanan. Kok betah ya? Padahal baunya
sungguh busuk. Mencium sebentar saja aku sudah pengen muntah, apalagi bapak sampah yang berjam-jam bahkan mungkin
seharian harus mencium bau itu. Mana tahan???
Bagi
kita, sampah adalah barang tidak berguna yang dibuang. Harus disingkirkan
jauh-jauh dari hadapan kita karena sangat mengganggu penglihatan dan penciuman
kita. Tapi bagi sebagian orang sampah adalah rejeki bagi mereka. Tukang sampah
dan pemulung adalah contoh yang paling nyata. Mereka mendapatkan penghasilan
dari pekerjaan yang berkutat dengan sampah.
Tidak
hanya itu, bahkan bagi sebagian orang sampah adalah kehidupan mereka. Hari ini
seorang teman mengirimkan surat elektronik yang berisi foto-foto sesama kita
yang kurang beruntung yang hidup dari sampah. Tinggal diatas sampah,
beraktifitas diatas sampah, mendapat penghasilan dari sampah, bahkan makan dari
sampah. Foto-foto itu diambil di Kamboja, sekedar untuk mewakili, namun banyak
pula orang-orang yang berada disekitar kita yang bernasib sama seperti mereka.
Aku
tergelitik untuk membagikan informasi ini sebagai bahan refleksi bagi kita
semua. Bahwa kita masih jauh lebih beruntung dari mereka, namun seringkali kita
kurang beryukur. Selalu saja merasa kurang. Bahwa kita seringkali kurang
menghargai dan menganggap remeh pekerjaan sebagai petugas sampah/kebersihan dan
pemulung. Padahal kita sangat membutuhkan mereka. Dengan keberadaan mereka kita
tak perlu repot-repot berurusan dengan sampah. Bahwa masih sangat banyak sesama
disekitar kita yang hidup jauh dibawah garis kelayakan. Semoga kita dapat
berempati terhadap mereka. Sebisa mungkin, marilah kita melakukan sesuatu bagi
mereka. Uluran kasih berupa kehadiran, bantuan, atau apapun itu. Sekecil apapun
itu pasti sangat berarti bagi mereka.
Sebenarnya
ada hal sangat sederhana yang dapat kita lakukan setiap hari sebagai bentuk
empati kita terhadap petugas sampah/kebersihan dan pemulung. Kita dapat
meringankan tugas mereka dengan memisahkan sampah basah dengan sampah kering.
Dengan demikian sampah yang masih dapat dimanfaatkan/diolah kembali bisa dengan
mudahnya dipisahkan oleh mereka. Aku menyadari bahwa selama ini aku masih
asal-asalan dalam membuang sampah. Sampah basah aku buang sembarangan kedalam
tempat sampah sehingga bercampur dengan sampah lain. Hal ini malah akan membuat
sampah berbau lebih busuk lagi. Malas ribet
menjadikanku tidak peduli terhadap ketidaknyamanan yang bakal dialami oleh
orang-orang yang hidup dari sampah. Belum lagi bakteri / jamur / kuman-kuman
yang akan muncul akibat proses pembusukan sampah itu, pasti akan sangat
merugikan / membahayakan bagi mereka. Setidaknya dengan melakukan hal kecil itu
kita bisa mengurangi sedikit beban / penderitaan mereka (^.^)
Meski
hidup dibawah garis kelayakan, mereka senantiasa tersenyum dan mempunyai pengharapan
akan melihat matahari di hari esok. Mereka bahagia karena mereka tidak menuntut
banyak. Merasa cukup dengan apa yang mereka peroleh dan miliki.
Apakah
kita juga bisa tersenyum bahagia dan senantiasa mempunyai pengharapan dalam
hidup kita? Apakah kita bisa merasa cukup dan bahagia dengan apa yang kita
miliki sekarang? Ataukah kita selalu saja merasa kurang dan tidak puas dengan
apa yang kita dapatkan dan kita miliki saat ini? Mari kita bertanya pada diri
kita...
Oleh : Lea Benedikta Luciele
Tidak ada komentar:
Posting Komentar