Aku tidak pernah
membayangkan untuk dapat bergabung dalam kepanitiaan sebesar ini. Sedikit
pengantar, aku bukan anak muda yang aktif dalam kegiatan Orang Muda Katolik
(OMK) ataupun kegiatan di paroki. Datang ke gereja setiap minggu, yah itu yang
saya lakukan. Belum ada keberanian bagi saya untuk ikut ambil bagian dalam
pelayanan di paroki. Hingga akhirnya, November 2016 lalu saya memberanikan diri
untuk ikut dalam kegiatan OMK Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria. Dari
situlah, semua ini berawal.
Pengumuman akan
dibukanya pendaftaran sebagai Liaison Officer (LO) dalam kegiatan Days in Diocese Surabaya Asian Youth Day
2017 dibagiakan dalam grup LINE OMK. Seketika, aku tertarik. Sebelumnya,
aku bahkan tidak tahu sama sekali apa kegiatan ini. Googling sebentar, dan yah
aku memutuskan untuk mendaftarkan diri. Bukan keputusan yang mudah bagiku,
karena menjadi LO memiliki persyaratan mampu berbahasa inggris. Namun
keputusanku sudah bulat, dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk belajar
lagi mengingat bahwa kegiatannya juga masih tahun depan.
Kukirimkan formulir
namun terlambat. Kuhubungi koordinator LO, apakah aku masih bisa bergabung? –
Masih. Sungguh jawaban yang melegakan. Dan setelah melalui proses wawancara,
aku diterima sebagai Liaison Officer
DID Surabaya.
Sekitar bulan Januari
saat aku secara resmi tergabung dalam bagian AYD 2017 ini. Aku bertemu begitu
banyak teman panitia yang masing-masing memiliki kisah. Yang tentu saja, aku
suka mendengarkannya. Karena bagiku, mendengarkan kisah mereka adalah belajar. Melakukan
persiapan dengan seminar, rapat dan koordinasi lainnya juga memberiku banyak
pelajaran.
Membuka
wawasan lebih luas. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku
bertemu dengan banyak orang, baik panitia hingga peserta dari berbagai daerah
dan negara. Dan mendengarkan kisah mereka, membuat aku belajar lebih banyak,
membuat aku memahami lebih mengenai bagian dunia yang selama ini tidak pernah
kuketahui. Sangat kuat terasa disini ialah perlu disadari bahwa perbedaan akan
selalu ada. Dan itulah yang menjadikan dunia ini indah. Berkaca pada tema AYD
tahun ini, Living the Gospel in Multicultural
Asia - untuk menghidupi injil dalam kemajemukan Asia. Aku bisa memulainya
dari lingkungan sekitarku dan memahami bahwa perbedaan antara manusia bukanlah
sebuah hambatan, malahan kesempatan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Hal ini juga aku dapat
ketika homili Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono dalam misa pembukaan DID
Surabaya, Minggu (31/07/2017) lalu. Bapa Uskup mengatakan bahwa tidak
seharusnya kita takut mengenai mayoritas dan minoritas yang kita hadapi. Bahwa
kita harus hidup berdampingan tanpa mempermasalahan identitas kita
masing-masing.
Tak hanya itu, sebagai
pendamping peserta delegasi aku juga menemui berbagai peserta. Khusus di
Surabaya, para delegasi berasal dari Banjarmasin, Samarinda, Timor Leste, Macau
dan Surabaya sendiri. Setiap daerah boleh memiliki perbedaan dan keunikan
masing-masing namun tetap tidak menyisihkan fakta bahwa kami adalah satu, dalam
Orang Muda Katolik.
Dalam Focus Group Discussion pada hari
terakhir (02/08/2017), aku mendengar banyak kisah dan pelajaran dari
teman-teman delegasi. Yang merasakan kasih sayang dari keluarga angkat, maupun
yang juga belajar dari para orangtua angkat mereka di Surabaya ini. Banyak hal
yang kami dapat selama 3 hari pengalaman kami. Meskipun aku bukan bagian dari
peserta, aku juga belajar banyak dari kisah mereka. Aku mendapat lebih dari
yang aku harapkan, bahwa sukacita dan kebersamaan mampu menyatukan kami semua.
Aku memahami bahwa memang perbedaan itu akan selalu ada namun bukan menjadi
hambatan. Kami semua akan terus berproses selama kami masih hidup, maka itu
kami semua akan terus belajar. Dan disinilah aku belajar banyak.
Harapanku pribadi, aku
ingin bahwa sukacita dan kebersamaan kami sebagai Orang Muda Katolik ini tidak
hanya berhenti sampai di sini saja. Melainkan kami membawa kembali seluruh
pelajaran yang kami dapat selama berproses bersama dalam AYD tahun 2017 ini
dalam kehidupan kami sebagai Orang Muda Katolik.
Salam Joyful!
Oleh
: Veronica Maureen – Program Studi Ilmu Komunikasi UK Petra
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No.86,
Agustus 2017
Cerita pengalaman yang inspiratif
BalasHapusTerima kasih mas Warsito sudah berkunjung ke blog.
HapusKowe nduwe pengalaman sing iso dibagikan ga War? Sopo ngerti iso dadi inspirasi bagi banyak orang.