Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Senin, 09 Juli 2018

MENGHADAPI PENDERITAAN



Hujan sejak sekitar pukul 2 dini hari belum juga reda padahal saat ini sudah hampir jam 10 pagi. Pasti tidak ada mamang (sebutan untuk penjual sayur keliling) yang akan lewat. Masih ada 8 atau 9 km lagi jalan yang hancur dan sulit dilewati jika hujan. Selain licin juga penuh lumpur, sehingga mobil yang dobel gardan saja sering mogok dan harus ditarik oleh alat berat. Apalagi mamang naik motor, pasti akan berpikir berulang kali untuk melewati jalan yang hancur gitu. Benar saja sampai jam 13 an meski hujan sudah reda, mamang penjual sayur tidak ada satu pun yang muncul. Beberapa orang pun mengeluh hal yang sama. Tidak ada sayur untuk dimasak.


Kulihat di dapur masih ada beberapa timun yang sudah beberapa hari dan kacang panjang yang sudah layu. Beberapa warnanya sudah agak kekuningan. Kupikir masak apa hari ini dengan dua sayuran macam begitu. Apakah dibuat sayur asem atau lodeh. Sambil berpikir masak apa aku bersyukur masih ada sayur meski sudah layu. Aku teringat beberapa tahun lalu saat masih berada di Manila. Salah satu kegiatan adalah berkunjung ke Payatas. Payatas adalah sebuah daerah tempat pembuangan sampah di Quezon City. Konon luas tempat pembuangan sampah itu sekitar 25 ha.

Di tengah lautan sampah itu berdiri gubuk-gubuk para pemulung membentuk perkampungan-perkampungan kecil. Orang-orang disitu hidup di tengah sampah. Jangan bertanya soal kesehatan dan kebersihan. Tubuh orang Payatas pun baunya sudah seperti sampah, sehingga saat naik jeepney, orang akan mudah mengenali jika ada orang dari Payatas, sebab baunya sampah dan selalu membawa sebuah handuk kecil untuk melap keringat.

Suatu hari saat mengunjungi sebuah keluarga, aku diajak oleh tuan rumah untuk pergi bersama dia mencari sayuran. Menurutku hampir setiap menit ada truk yang penuh bermuatan sampah datang dan membuang muatannya. Saat sampah tumpah dari truk maka kami harus cepat mengambil apa yang kira-kira dapat diambil. Saat itu aku fokus mencari sayuran. Ada banyak sayuran yang tumpah dari truk. Kuambil saja yang dekatku. Ada terong, kubis, kentang dan sebagainya. Aku dan bapak itu mengumpulkan dan memasukkan kedalam karung.

Sampai rumah, istri bapak itu memilah-milah sayuran. Misalnya terong. Bagian yang busuk di potong dan yang dianggap masih bagus dimasukan panci. Di dapur ada seekor babi putih yang besar. Sayuran yang busuk dilemparkan begitu saja ke depan babi. Dia makan dengan lahap. Setelah semua sayur selesai dipilah, maka istri bapak itu mulai masak. Kami pun makan masakannya.

Saat makan kami duduk di lantai dekat babi. Kupikir aku makan sisa babi atau babi makan sisaku? Aku tidak tahu. Aku dan babi sama-sama makan sisa sayuran yang sudah dibuang dan dianggap sampah. Seorang teman mengingatkan agar aku tidak minum apalagi makan bersama mereka. Tetapi aku tidak bisa menolak saat mereka menawari makan. Apalagi sayuran tadi aku juga turut mencarinya. Kupikir jika orang itu mampu mengapa aku tidak mampu bertahan dalam situasi seperti itu. Aku hanya siang itu saja makan, sedangkan orang itu setiap hari makan seperti itu. Orang itu sehat. Maka aku yakin pasti aku juga akan sehat. Kalau toh sakit perut ya kupikir sebagai konsekwensi sebuah pilihan. Setelah aku makan temanku ngomel dengan penuh ancaman bahaya sakit.

Pengalaman itu membuatku berani makan sembarangan makanan. Pada saat berteman dengan anak jalanan aku pun tidak takut saat diajak hoyen (mencari makanan sisa di tong sampah sebuah mall). Bagiku hoyen lebih bersih dibandingkan saat di Payatas. Hoyen masih mendapat sisa daging ayam, sedangkan di Payatas hanya sisa sayur saja.

Pengalaman buruk bisa menjadi pijakan untuk menghadapi situasi buruk yang lain. Bagiku jika aku bisa bertahan dalam suatu situasi buruk maka aku akan mampu bertahan pada situasi buruk yang lain. Terlebih aku bisa bersyukur dalam situasi yang tidak baik seperti saat ini, dimana aku hanya mempunyai mentimun dan kacan yang sudah layu dan agak kekuningan. Bagiku ini lebih bagus dibandingkan sayuran di Payatas.

Maka jangan mudah mengeluh atau putus asa saat kita masuk dalam penderitaan. Pada saat itu bahkan kita bisa belajar untuk bertahan dalam penderitaan lain. Atau belajar bersyukur saat menghadapi situasi dan keadaan yang tidak kita harapkan. Kita juga dapat bertanya pada diri sendiri, jika orang lain mampu bertahan menghadapi yang jauh lebih berat mengapa kita tidak mampu. Puncaknya adalah melihat salib. Jika Yesus mampu bertahan mengapa aku tidak? Jangan mengatakan bahwa Yesus mampu bertahan sebab Dia Putra Allah. Kita perlu ingat bahwa Yesus pun manusia, sehingga Dia pun berteriak Allah ya Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku? sebuah teriakan dari orang yang sangat menderita.

Oleh : Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No. 94, April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar