Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Senin, 27 Mei 2024

Bertahan Hidup di Tengah Pandemi


Jutaan buruh di PHK dan di rumahkan. Banyak UMKM gulung tikar. Pengusaha kost-kostan gigit jari akibat para pekerja dan mahasiswa pulang kampung. Di tengah situasi ekonomi diambang resesi dan pandemi yang tak tau kapan akan berkahir, ribuan orang mencoba siasat baru agar kehidupan terus berlanjut, salah satunya Samian dan Sukur.

 

Sebut aja Sukur karena saya belum sempat tanya namanya. Pria kelahiran Bangkalan Madura bekerja menjual nasi penyetan keliling. Lelaki yang selalu ditemani sang istri mengitari daerah Tidar dan Petemon, Sawahan, Surabaya sebelumnya bekerja menjual pentol di daerah ITC Surabaya. Namun, usahanya tak berlanjut karena satpam melarang dia berjualan di depan ITC.

 

"Saya baru belajar jualan nasi penyetan baru satu bulan mas. Makanya saya jualan keliling karena mau sewa tempat belum ada uang. Di tengah situasi sulit seperti ini kita dituntut saling mengerti dan kerjasama satu sama lain," ungkapnya.

 

Begitu juga Samian buruh pabrik permen di Surabaya yang dirumahkan. Dia hanya mendapatkan gaji satu juta rupiah setelah ramai-ramai bersama teman-temannya datang ke perusahaan harus berpikir keras agar keluarga tetap hidup. Ia mencoba mencari kerja kemana-mana. Melamar sana sini sudah hampir satu bulan. Tak juga mendapatkan kerja.

 

Setelah sebulan berlalu mencari kerja setelah adanya new normal, barulah dia bekerja di perusahaan bangunan di daerah Rungkut. Dia bekerja menjadi sopir sekaligus mengangkut barang ke toko dan gudang. Upah yang diterima hanya Rp100. 000 setiap hari dengan jam kerja lebih dari 8 jam. "Praktis gak ada waktu istirahat mas. Hanya ada waktu makan dan minum. Mau sholat aja susah," ucapnya. Karena kondisi fisiknya tak lagi muda dan eksploitasi yang luar biasa ditempat dia bekerja, akhirnya dia memilih berhenti bekerja. Dia hanya bekerja di toko tersebut hanya 1 bulan.

 

"Saya sekarang tak lagi bekerja di toko bangunan mas. Saya hanya mengandalkan uang dari perusahan Rp1. 000.000 dan uang bantuan pemerintah Rp500.000 yang semestinya Rp600.000. Uang yang Rp100.000 diambil oleh orang manajemen perusahaan pabrik permen yang membantu mencairkan bantuan," keluhnya sambil menghisap rokok dan bercerita kejamnya bos toko bangunan tempat dia bekerja.

 

Oleh : Mahrawi

Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi No.127, Januari Thn.2021.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar